Rabu, 06 Februari 2013

IMMA


Hujan turun dengan deras sore itu saat Imma Aulia, seorang gadis cantik berjilbab berlari memasuki rumahnya. Karena tidak membawa payung, seluruh tubuh gadis itu basah kena hujan, dari ujung jilbabnya sampai rok panjangnya. Imma membuka pintu rumahnya, dan cepat-cepat masuk ke dalam.

 “Imma”? terdengar suara seorang pria memanggilnya.
 “Ya, Papa” jawab Imma sembari ia menutup pintu. Gadis itu kemudian berjalan menuju dapur.
 “Oh, kamu kehujanan, Sayang” kata paak Imma sembari memeluk anaknya yang cantik dan berjilbab itu. Tangannya membelai kepala Imma yang tertutup jilbab, yang basah karena hujan. Lalu ia mendongakkan dagu anaknya, dan dengan lembut ia mencium bibir gadis remaja berjilbab kesayangannya itu, seraya memagut bibir bawahnya. Gadis berjilbab itu sesaat mendesah menerima kecupan paaknya sendiri yang lembut tapi memberi rangsangan hebat padanya.
 “Papa! Nanti kelihatan orang!” seru Imma setelah sadar dengan agak terkejut. Paak Imma hanya memandang saja saat anaknya yang alim dan berjilbab berlari ke dapur dimana ia sudah menyiapkan makanan. Ia mengikuti Imma ke dapur, dan memeluk tubuh ranum gadis remaja berjilbab itu. Tangannya membuka sabuk dan retsleting rok SMP panjang gadis berjilbab itu, menyusup ke dalam, dan dengan lembut membelai pantat putri lugunya  yang kecil dan padat. Desahan-desahan gadis ayu berjilbab itupun mulai terdengar.
 “Oohh…Pa,” Imma mulai merintih kecil sembari berpegangan pada tepi meja makan ketika Paak Imma menyibakkan jilbab yang dipakai Imma Aulia dan mulai menciumi leher Imma, anak gadisnya, sementara tangannya terus membelai pantat Imma dari luar celana dalamnya yang berwarna putih berenda. Lidah paak Imma kemudian menjilati dan menggigit-gigit kecil telinga kanan gadis itu dari luar jilbabnya yang membuat jilbab putih yang sudah basah oleh air hujan semakin basah oleh air liur paaknya sendiri, membuat Imma kegelian. Sementara itu tangannya sudah mulai menyusup masuk ke dalam celana Imma, membelai dan meremasi pantat gadis remaja berjilbab yang kecil tapi padat itu.
 “Aduh, Pa…ngghhhhh……,gelii….” Rintih Imma dengan pasrah, mulai terangsang.

 Tangan paak Imma kemudian beralih ke dada gadis manis itu, membuka semua kancing seragam sekolah yang dikenakan anaknya. Ia kemudian menangkap buah dada Imma yang masih kecil namun ranum itu dan meremas-remasnya dengan lembut. BH putih Imma pun kemudian dilolosinya. Ia kemudian membungkuk menciumi kedua belah payudara mungil anaknya yang berjilbab itu, menjilati puting susunya.
 “Susu kamu enak sekali, Sayang” katanya sembari tersenyum. “memek Imma gatel, Pa…” Imma mengerang lirih.
 Tangan paak Imma kemudian masuk semakin ke dalam rok sekolah anaknya. Jemarinya masuk ke celana dalam Imma yang sudah basah itu. Tangannya menelusuri memek kecil milik anaknya yang cantik, lugu, dan berjilbab itu. Ternyata Memek anaknya itu sudah basah. Dengan jari tangannya, ia menelusuri bibir memek Imma.
 “Ooohh…enak..Pa…” rintih Imma dengan nafas tertahan.
 Paak Imma kemudian mengeluarkan tangannya yang sudah belepotan cairan kenikmatan Imma.
 “Isep jari Papa, sayang” perintahnya kepada Imma.
 Imma dengan perlahan mengisap jari paaknya dengan agak canggung. Sungguh suatu pemandangan erotis melihat gadis remaja yang cantik, dengan jilbab dan baju panjang yang sudah berantakan itu menjilati jari paaknya sendiri. Paak Imma sudah tidak kuat menahan nafsunya lagi. Ia kemudian membuka celananya, mempertontonkan kontolnya yang sudah mengeras itu kepada anaknya.
 “Kalau Mama pulang gimana, Pa?” Tanya Imma “Tenang aja, Mama pulang malam kok” jawab paak Imma seraya mendorong tubuh anaknya hingga gadis ayu berjilbab itu membungkuk sambil berpegangan pada meja makan. Paak Imma kemudian mengangkat rok SMP panjang Imma dan menarik turun celana dalam putih yang mungil milik gadis berjilbab itu. Kontolnya yang sudah begitu tegang kemudian digesek-gesekkannya ke pantat telanjang Imma yang mulus. Ia kemudian melebarkan paha Imma, dan perlahan-lahan memasukkan kontolnya yang besar ke dalam memek kecil milik anak gadisnya yang cantik.
 “Aaahhh !” gadis lugu berjilbab itu memekik tertahan saat kontol paaknya yang besar menerobos memeknya yang sempit dari arah belakang. Imma menggigit bibirnya, menahan perih yang selalu dirasakannya saat paaknya mulai menggagahinya. Sungguh, dia tidak pernah membayangkan akan selalu digarap oleh paaknya. Dulu, saat ia pertama kali diperkosa, dia telah mulai menikmatinya, dan sekarang, diam-diam gadis berjilbab itu ketagihan kontol paaknya yang besar.

 “Sayang, punya kamu enak sekali,” bisik paak Imma di telinga anak gadisnya. Memek anaknya yang masih kecil dan sempit itu mencengkeram kontolnya erat-erat. Walaupun sudah tiga tahun berlalu sejak ia pertama kali memerawani anaknya (saat Imma masih kelas 1 SMP), namun memek gadis berjilbab itu masih saja sempit sehingga memberikan kenikmatan yang besar baginya. Ia kemudian mulai memompa kontolnya keluar masuk memek kecil Imma, semakin lama semakin cepat. Ia menanamkan kontolnya dalam-dalam ke memek Imma, sehingga testisnya menyentuh pantat gadis cantik berjilbab itu.


 ” Pa ….ooohhh…..Pa ” Imma mengerang-erang merasakan kontol paPAnya keluar masuk memeknya dengan cepat. Paak Imma semakin mempercepat kocokan kontolnya di memek gadis remajanya yang cantik dan berjilbab itu. Ia dapat merasakan spermanya sudah berebut ingin keluar. Imma terus merintih dan mengerang merasakan tusukan kontol paaknya yang semakin cepat. Ia diam-diam sangat menikmati digarap oleh paaknya. Hingga akhirnya paak Imma tidak bisa menahan lagi. Ia memeluk pinggang Imma dan menghujamkan kontolnya sedalam-dalamnya kedalam memek anak gadis remajanya yang lugu dan berjilbab. Imma memekik kecil merasakan air mani paaknya muncrat memenuhi liang memeknya. Memek Imma yang kecil itu tidak dapat menampung seluruh air mani paaknya, sehingga sebagian mengalir keluar membasahi pahanya yang mulus bersama dengan cairan kenikmatan gadis remaja berjilbab itu. Paak Imma kemudian menarik keluar kontolnya dari memek Imma. Ia kemudian menggosok kontolnya yang masih berlumuran sperma di pantat mulus Imma.

 “Terima kasih, Manis,” kata papa Imma sembari mencium bibir anaknya. “Ayo mandi sebelum Mama pulang” perintahnya. “ya, Pa …” kata gadis rermaja itu, kemudian melangkah dengan menahan rasa sakit dan nikmat yang masih tersisa, menuju kamar mandi.. “Sana, masuk ke kamar mandi, nanti Papa nyusul” kata papanya, sambil membersihkan spermanya yang menetes di lantai dapur.

4 komentar: