Senin, 11 Februari 2013

ARFAH

Joni membanting tasnya di atas tempat tidur. Seharian ini ia dibuat pusing. Pasalnya ada lagi penghuni kosnya yang bikin suasana jadi suasana jadi dingin. Baru sebulan yang lalu tiga orang gadis berjilbab, mahaiswi UI kos di rumah orang tuanya ini. Sekarang muncul lagi gadis berjilbab, pakai cadar lagi. Lebih-lebih kemarin ia sempat dibentak-bentak, karena ikut nimbrung ngobrol di ruang tamu dengan keempat gadis berjilbab itu.

Hari ini dia mau membuat perhitungan. Sore itu gadis bercadar yang bernama Arfah itu baru pulang kuliah. Ia mengenakan gamis panjang hitam, jilbab hitam dan cadar hitam. Joni sudah tahu dari ibunya, bahwa gadis bercadar itu adalah yang paling cantik di antara empat gadis berjilbab yang kos di rumahnya. Saat gadis itu mau masuk kamarnya. Kebetulan kos lagi sepi. Dengan mengendap-endap, Joni mengikuti Arfah dari belakang. Tepat ketika Arfah membuka gagang pintu kamarnya, Joni memeluk Arfah dari belakang.clurit yang dibawanya dikalungkan ke leher gadis berjilbab itu.
“Aih, apa-apaan ini!” Jerit gadis itu kaget.
“Diam, kalau enggak mau mati, turutin apa yang gua mau!” Gadis berjilbab itu kelihatan takut sekali.
Mata di balik cadarnya itu melotot agak kemerahan. Joni tidak mau membuang waktu. Tangan kirinya tetap memegang clurit, sementara tangan kanannya sibuk meremas-remas tetek gadis berjilbab itu dari balik jilbab dan gamisnya. Terasa kenyal-kenyal sekali. Arfah cuma bisa merintih ketakutan. Nafsu Joni makin tidak karuan. Segera ia menutup pintu, dan menyuruh gadis berjilbab itu telentang di atas kasur.


Joni membanting tasnya di atas tempat tidur. Seharian ini ia dibuat pusing. Pasalnya ada lagi penghuni kosnya yang bikin suasana jadi suasana jadi dingin. Baru sebulan yang lalu tiga orang gadis berjilbab, mahaiswi UI kos di rumah orang tuanya ini. Sekarang muncul lagi gadis berjilbab, pakai cadar lagi. Lebih-lebih kemarin ia sempat dibentak-bentak, karena ikut nimbrung ngobrol di ruang tamu dengan keempat gadis berjilbab itu.

Joni membanting tasnya di atas tempat tidur. Seharian ini ia dibuat pusing. Pasalnya ada lagi penghuni kosnya yang bikin suasana jadi suasana jadi dingin. Baru sebulan yang lalu tiga orang gadis berjilbab, mahaiswi UI kos di rumah orang tuanya ini. Sekarang muncul lagi gadis berjilbab, pakai cadar lagi. Lebih-lebih kemarin ia sempat dibentak-bentak, karena ikut nimbrung ngobrol di ruang tamu dengan keempat gadis berjilbab itu.


Hari ini dia mau membuat perhitungan. Sore itu gadis bercadar yang bernama Arfah itu baru pulang kuliah. Ia mengenakan gamis panjang hitam, jilbab hitam dan cadar hitam. Joni sudah tahu dari ibunya, bahwa gadis bercadar itu adalah yang paling cantik di antara empat gadis berjilbab yang kos di rumahnya. Saat gadis itu mau masuk kamarnya. Kebetulan kos lagi sepi. Dengan mengendap-endap, Joni mengikuti Arfah dari belakang. Tepat ketika Arfah membuka gagang pintu kamarnya, Joni memeluk Arfah dari belakang.clurit yang dibawanya dikalungkan ke leher gadis berjilbab itu.
“Aih, apa-apaan ini!” Jerit gadis itu kaget.
“Diam, kalau enggak mau mati, turutin apa yang gua mau!” Gadis berjilbab itu kelihatan takut sekali.
 Mata di balik cadarnya itu melotot agak kemerahan. Joni tidak mau membuang waktu. Tangan kirinya tetap memegang clurit, sementara tangan kanannya sibuk meremas-remas tetek gadis berjilbab itu dari balik jilbab dan gamisnya. Terasa kenyal-kenyal sekali. Arfah cuma bisa merintih ketakutan. Nafsu Joni makin tidak karuan. Segera ia menutup pintu, dan menyuruh gadis berjilbab itu telentang di atas kasur.


“Jangan, jangan ganggu saya. Saya bisa malu sekali. Tolong!”
Joni tidak perduli. Dengan kasar, ia menarik kain jilbab gadis itu dan diselempangkan di atas pundaknya, sehingga terlihat dua tetek gadis berjilbab itu yang menggunduk di balik gamis hitamnya. Dengan penuh nafsu Joni membuka kancing bagian atas gamisnya hingga keperut. Lalu disibakkan gamis yg sudah terbuka kancingnya itu, sehingga terlihatlah BH putih yang dikenakan gadis bercadar itu membungkus dua gundukan teteknya yang besar dan menantang. Masih belum puas, Joni menarik ke atas gamis gadis itu dari arah bawah, hingga ke atas perut. Ternyata, Arfah tidak mengenakan rok dalam, sehingga terlihatlah betis dan dua bongkah paha putih mulus milik gadis berjilbab itu.


“Auh tolong, jangan diteruskan, sama malu sekali!” Gadis berjilbab itu berteriak.
Joni tidak perduli. Matanya menatap ganas ke arah gundukan memek gadis berjilbab itu yang kini hanya tertutup celana dalam putih yang agak tipis, sehingga terlihat kehitaman bulu jembutnya, dengan daging memek yang menggunduk indah sekali.
Melihat gadis yang masih mengenakan jilbab dan cadarnya, namun bagian tubuh bawahnya nyaris telanjang, Joni menjadi semakin bernafsu. BH Arfah di tarik dengan kasar, sehingga menyembullah sepasang teteknya yang putih indah dengan puting berwarna coklat kehitaman. Joni segera menyerbu dan mengulumi tetek indah gadis berjilbab itu. Arfah hanya bisa merintih-rintih. Namun suara rintihannya membuat Joni makin kalap. Kepalanya turun ke perut Arfah, terus hingga berhadapan dengan gundukan memek gadis berjilbab yang masih mengenakan celana dalam itu. Joni langsung melahap dan mengunyah dengan kasar memek gadis itu, meski masih terbungkus celana dalam. Karena tidak sabar, celana dalam itupun dia plorotkan.
 Kini tubuh bagian bawah gadis berjilbab itu betul-betul polos. Terlihat memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis namun berwarna hitam pekat. Garis memeknya masih terlihat jelas. Joni kembali mengunyah memek gadis berjilbab itu hingga hampir sepuluh menit. Lendir dari memek gadis alim itu sudah mulai keluar. Joni segera membuka baju, celana dan celana dalamnya sendiri. kontolya mengacung tegang. Arfah berteriak dan berusaha bangkit, karena menyadari apa yang akan menimpanya. Tetapi Joni menyabetkan belatinya ke betis Arfah hingga berdarah. Akhirnya gadis berjilbab itu pasrah, menelentang di atas kasur.


Jonipun segera mengarahkan kontolnya ke lubang memek gadis alim itu. Dengan susah payah ia berusaha melesakkan kontolnya itu ke dalam memek gadis berjilbab yang cantik dan mulus itu. Akhirnya ia berhasil. Arfah hanya bisa menjerit dan menangis, ketika selaput daranya ditembus kontol Joni.
Joni terus memaju mundurkan kontolnya yang amat tegang karena nafsunya telah memuncak. Maklum, siapa yang tidak merasa bangga bisa menyetubuhi gadis berjilbab yang setiap harinya selalu menutupi tubuhnya dengan rapat. Bibir memek gadis berjilbab itu bergoyang-goyang. Sementara kedua matanya terlihat mendelik-delik di balik cadarnya karena iapun merasakan kenikmatan ‘hubungan badan’ dan pemerkosaan brutal terhadapnya ini.
 Sepuluh menit kemudian, sperma Joni menyembur di dalam memek gadis berjilbab itu. Joni mengelap kontolnya. Mukanya mendekati wajah bertutup cadar yang menangis di atas tempat tidur tersebut. Dengan perlahan, dia angkat sedikit cadarnya, sehingga terlihatlah mulut mungil gadis berjilbab itu. Ia segera mengulum bibir indah di balik cadar itu dengan nafsu. Arfah makin megap-megap tidak karuan. Agak lama juga ia menikmati mulut gadis berjilbab itu. Hembusan napasnya yang terengah-engah, terhirup oleh Joni, membuatnya makin bernafsu, sehingga kontolnya kembali tegang. Ia melepas mulutnya, lalu mengarahkan kontolnya ke wajah gadis yang masih bercadar itu. Slep, akhirnya kontolnya masuk, meski dengan setengah memaksa.


“Ayo cepat, dikulum dan dihisap. Kalau tidak, kubunuh kamu.”
Arfah terpaksa mengulum kontol Joni yang cukup besar, kira-kira 18 cm, dengan diameter 2,5 cm. Joni memegang kepala gadis berjilbab itu dan memajumundurkan kepala tersebut, sehingga penisnya ikut maju mundur. Terasa betapa nikmatnya, apalagi melihat gerakan mulut yang sebagian masih tertutup cadar itu. Ia makin bernafsu saja. Selanjutnya ia meminta gadis berjilbab itu untuk nungging. Ia mengentot gadis bercadar itu dari belakang dengan nafsu sekali.
Hingga habis maghrib, ia menggarap gadis berjilbab itu. Sekali waktu, ia melepaskan cadar gadis itu, sehingga terlihatlah wajahnya yang memang amat cantik. Ia menggempur memek gadis itu dengan tetap mengenakan jilbabnya. Ah,malangnya nasib Arfah.
Hari ini dia mau membuat perhitungan. Sore itu gadis bercadar yang bernama Arfah itu baru pulang kuliah. Ia mengenakan gamis panjang hitam, jilbab hitam dan cadar hitam. Joni sudah tahu dari ibunya, bahwa gadis bercadar itu adalah yang paling cantik di antara empat gadis berjilbab yang kos di rumahnya. Saat gadis itu mau masuk kamarnya. Kebetulan kos lagi sepi. Dengan mengendap-endap, Joni mengikuti Arfah dari belakang. Tepat ketika Arfah membuka gagang pintu kamarnya, Joni memeluk Arfah dari belakang.clurit yang dibawanya dikalungkan ke leher gadis berjilbab itu.
“Aih, apa-apaan ini!” Jerit gadis itu kaget.
“Diam, kalau enggak mau mati, turutin apa yang gua mau!” Gadis berjilbab itu kelihatan takut sekali.
 Mata di balik cadarnya itu melotot agak kemerahan. Joni tidak mau membuang waktu. Tangan kirinya tetap memegang clurit, sementara tangan kanannya sibuk meremas-remas tetek gadis berjilbab itu dari balik jilbab dan gamisnya. Terasa kenyal-kenyal sekali. Arfah cuma bisa merintih ketakutan. Nafsu Joni makin tidak karuan. Segera ia menutup pintu, dan menyuruh gadis berjilbab itu telentang di atas kasur.


“Jangan, jangan ganggu saya. Saya bisa malu sekali. Tolong!”
Joni tidak perduli. Dengan kasar, ia menarik kain jilbab gadis itu dan diselempangkan di atas pundaknya, sehingga terlihat dua tetek gadis berjilbab itu yang menggunduk di balik gamis hitamnya. Dengan penuh nafsu Joni membuka kancing bagian atas gamisnya hingga keperut. Lalu disibakkan gamis yg sudah terbuka kancingnya itu, sehingga terlihatlah BH putih yang dikenakan gadis bercadar itu membungkus dua gundukan teteknya yang besar dan menantang. Masih belum puas, Joni menarik ke atas gamis gadis itu dari arah bawah, hingga ke atas perut. Ternyata, Arfah tidak mengenakan rok dalam, sehingga terlihatlah betis dan dua bongkah paha putih mulus milik gadis berjilbab itu.


“Auh tolong, jangan diteruskan, sama malu sekali!” Gadis berjilbab itu berteriak.
Joni tidak perduli. Matanya menatap ganas ke arah gundukan memek gadis berjilbab itu yang kini hanya tertutup celana dalam putih yang agak tipis, sehingga terlihat kehitaman bulu jembutnya, dengan daging memek yang menggunduk indah sekali.
Melihat gadis yang masih mengenakan jilbab dan cadarnya, namun bagian tubuh bawahnya nyaris telanjang, Joni menjadi semakin bernafsu. BH Arfah di tarik dengan kasar, sehingga menyembullah sepasang teteknya yang putih indah dengan puting berwarna coklat kehitaman. Joni segera menyerbu dan mengulumi tetek indah gadis berjilbab itu. Arfah hanya bisa merintih-rintih. Namun suara rintihannya membuat Joni makin kalap. Kepalanya turun ke perut Arfah, terus hingga berhadapan dengan gundukan memek gadis berjilbab yang masih mengenakan celana dalam itu. Joni langsung melahap dan mengunyah dengan kasar memek gadis itu, meski masih terbungkus celana dalam. Karena tidak sabar, celana dalam itupun dia plorotkan.
Kini tubuh bagian bawah gadis berjilbab itu betul-betul polos. Terlihat memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis namun berwarna hitam pekat. Garis memeknya masih terlihat jelas. Joni kembali mengunyah memek gadis berjilbab itu hingga hampir sepuluh menit. Lendir dari memek gadis alim itu sudah mulai keluar. Joni segera membuka baju, celana dan celana dalamnya sendiri. kontolya mengacung tegang. Arfah berteriak dan berusaha bangkit, karena menyadari apa yang akan menimpanya. Tetapi Joni menyabetkan belatinya ke betis Arfah hingga berdarah. Akhirnya gadis berjilbab itu pasrah, menelentang di atas kasur.


Jonipun segera mengarahkan kontolnya ke lubang memek gadis alim itu. Dengan susah payah ia berusaha melesakkan kontolnya itu ke dalam memek gadis berjilbab yang cantik dan mulus itu. Akhirnya ia berhasil. Arfah hanya bisa menjerit dan menangis, ketika selaput daranya ditembus kontol Joni.
Joni terus memaju mundurkan kontolnya yang amat tegang karena nafsunya telah memuncak. Maklum, siapa yang tidak merasa bangga bisa menyetubuhi gadis berjilbab yang setiap harinya selalu menutupi tubuhnya dengan rapat. Bibir memek gadis berjilbab itu bergoyang-goyang. Sementara kedua matanya terlihat mendelik-delik di balik cadarnya karena iapun merasakan kenikmatan ‘hubungan badan’ dan pemerkosaan brutal terhadapnya ini.
 Sepuluh menit kemudian, sperma Joni menyembur di dalam memek gadis berjilbab itu. Joni mengelap kontolnya. Mukanya mendekati wajah bertutup cadar yang menangis di atas tempat tidur tersebut. Dengan perlahan, dia angkat sedikit cadarnya, sehingga terlihatlah mulut mungil gadis berjilbab itu. Ia segera mengulum bibir indah di balik cadar itu dengan nafsu. Arfah makin megap-megap tidak karuan. Agak lama juga ia menikmati mulut gadis berjilbab itu. Hembusan napasnya yang terengah-engah, terhirup oleh Joni, membuatnya makin bernafsu, sehingga kontolnya kembali tegang. Ia melepas mulutnya, lalu mengarahkan kontolnya ke wajah gadis yang masih bercadar itu. Slep, akhirnya kontolnya masuk, meski dengan setengah memaksa.


“Ayo cepat, dikulum dan dihisap. Kalau tidak, kubunuh kamu.”
Arfah terpaksa mengulum kontol Joni yang cukup besar, kira-kira 18 cm, dengan diameter 2,5 cm. Joni memegang kepala gadis berjilbab itu dan memajumundurkan kepala tersebut, sehingga penisnya ikut maju mundur. Terasa betapa nikmatnya, apalagi melihat gerakan mulut yang sebagian masih tertutup cadar itu. Ia makin bernafsu saja. Selanjutnya ia meminta gadis berjilbab itu untuk nungging. Ia mengentot gadis bercadar itu dari belakang dengan nafsu sekali.
Hingga habis maghrib, ia menggarap gadis berjilbab itu. Sekali waktu, ia melepaskan cadar gadis itu, sehingga terlihatlah wajahnya yang memang amat cantik. Ia menggempur memek gadis itu dengan tetap mengenakan jilbabnya. Ah,malangnya nasib Arfah.
“Jangan, jangan ganggu saya. Saya bisa malu sekali. Tolong!”
Joni tidak perduli. Dengan kasar, ia menarik kain jilbab gadis itu dan diselempangkan di atas pundaknya, sehingga terlihat dua tetek gadis berjilbab itu yang menggunduk di balik gamis hitamnya. Dengan penuh nafsu Joni membuka kancing bagian atas gamisnya hingga keperut. Lalu disibakkan gamis yg sudah terbuka kancingnya itu, sehingga terlihatlah BH putih yang dikenakan gadis bercadar itu membungkus dua gundukan teteknya yang besar dan menantang. Masih belum puas, Joni menarik ke atas gamis gadis itu dari arah bawah, hingga ke atas perut. Ternyata, Arfah tidak mengenakan rok dalam, sehingga terlihatlah betis dan dua bongkah paha putih mulus milik gadis berjilbab itu.


“Auh tolong, jangan diteruskan, sama malu sekali!” Gadis berjilbab itu berteriak.
Joni tidak perduli. Matanya menatap ganas ke arah gundukan memek gadis berjilbab itu yang kini hanya tertutup celana dalam putih yang agak tipis, sehingga terlihat kehitaman bulu jembutnya, dengan daging memek yang menggunduk indah sekali.
Melihat gadis yang masih mengenakan jilbab dan cadarnya, namun bagian tubuh bawahnya nyaris telanjang, Joni menjadi semakin bernafsu. BH Arfah di tarik dengan kasar, sehingga menyembullah sepasang teteknya yang putih indah dengan puting berwarna coklat kehitaman. Joni segera menyerbu dan mengulumi tetek indah gadis berjilbab itu. Arfah hanya bisa merintih-rintih. Namun suara rintihannya membuat Joni makin kalap. Kepalanya turun ke perut Arfah, terus hingga berhadapan dengan gundukan memek gadis berjilbab yang masih mengenakan celana dalam itu. Joni langsung melahap dan mengunyah dengan kasar memek gadis itu, meski masih terbungkus celana dalam. Karena tidak sabar, celana dalam itupun dia plorotkan.
Kini tubuh bagian bawah gadis berjilbab itu betul-betul polos. Terlihat memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis namun berwarna hitam pekat. Garis memeknya masih terlihat jelas. Joni kembali mengunyah memek gadis berjilbab itu hingga hampir sepuluh menit. Lendir dari memek gadis alim itu sudah mulai keluar. Joni segera membuka baju, celana dan celana dalamnya sendiri. kontolya mengacung tegang. Arfah berteriak dan berusaha bangkit, karena menyadari apa yang akan menimpanya. Tetapi Joni menyabetkan belatinya ke betis Arfah hingga berdarah. Akhirnya gadis berjilbab itu pasrah, menelentang di atas kasur.


Jonipun segera mengarahkan kontolnya ke lubang memek gadis alim itu. Dengan susah payah ia berusaha melesakkan kontolnya itu ke dalam memek gadis berjilbab yang cantik dan mulus itu. Akhirnya ia berhasil. Arfah hanya bisa menjerit dan menangis, ketika selaput daranya ditembus kontol Joni.
Joni terus memaju mundurkan kontolnya yang amat tegang karena nafsunya telah memuncak. Maklum, siapa yang tidak merasa bangga bisa menyetubuhi gadis berjilbab yang setiap harinya selalu menutupi tubuhnya dengan rapat. Bibir memek gadis berjilbab itu bergoyang-goyang. Sementara kedua matanya terlihat mendelik-delik di balik cadarnya karena iapun merasakan kenikmatan ‘hubungan badan’ dan pemerkosaan brutal terhadapnya ini.
 Sepuluh menit kemudian, sperma Joni menyembur di dalam memek gadis berjilbab itu. Joni mengelap kontolnya. Mukanya mendekati wajah bertutup cadar yang menangis di atas tempat tidur tersebut. Dengan perlahan, dia angkat sedikit cadarnya, sehingga terlihatlah mulut mungil gadis berjilbab itu. Ia segera mengulum bibir indah di balik cadar itu dengan nafsu. Arfah makin megap-megap tidak karuan. Agak lama juga ia menikmati mulut gadis berjilbab itu. Hembusan napasnya yang terengah-engah, terhirup oleh Joni, membuatnya makin bernafsu, sehingga kontolnya kembali tegang. Ia melepas mulutnya, lalu mengarahkan kontolnya ke wajah gadis yang masih bercadar itu. Slep, akhirnya kontolnya masuk, meski dengan setengah memaksa.


“Ayo cepat, dikulum dan dihisap. Kalau tidak, kubunuh kamu.”
Arfah terpaksa mengulum kontol Joni yang cukup besar, kira-kira 18 cm, dengan diameter 2,5 cm. Joni memegang kepala gadis berjilbab itu dan memajumundurkan kepala tersebut, sehingga penisnya ikut maju mundur. Terasa betapa nikmatnya, apalagi melihat gerakan mulut yang sebagian masih tertutup cadar itu. Ia makin bernafsu saja. Selanjutnya ia meminta gadis berjilbab itu untuk nungging. Ia mengentot gadis bercadar itu dari belakang dengan nafsu sekali.
Hingga habis maghrib, ia menggarap gadis berjilbab itu. Sekali waktu, ia melepaskan cadar gadis itu, sehingga terlihatlah wajahnya yang memang amat cantik. Ia menggempur memek gadis itu dengan tetap mengenakan jilbabnya. Ah,malangnya nasib Arfah.

DHEA DAN YANTI

Dhea adalah seorang mahasiswi semester 5 disebuah PTN yang cukup ternama di kota Bandung. Dia bersahabat dengan teman seangkatan namun berbeda jurusan yang bernama Yanti. Mereka berdua mengontrak rumah yang terdiri dari dua kamar tidur yang bersebelahan . Kedua kamar mereka dihalangi oleh dinding penyekat yang terdapat jendela kaca pada bagian atasnya sebagai media untuk pembagi cahaya agar ruangan tidak terlalu gelap dan pengap apabila lampu dimatikan.

YANTI


Kedua mahasiswi ini selalu mengenakan jilbab lebar dan baju longgar yang panjang serta sama-sama aktif di organisasi KAMMI yaitu organisasi kemahasiswaan yang bernuansa religius.

Cerita ini bermula, ketika Yanti memutuskan menikah dengan kakak kelasnya yang bernama Doni yang juga sama-sama aktif di KAMMI. Keputusan ini mereka ambil dikarenakan mereka tidak mau melakukan dosa apabila mereka pacaran. Sebab menurut keyakinan mereka pacaran itu akan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang penuh dosa apa bila mereka tidak kuat menjaganya, oleh sebab itu mereka memutuskan menikah sehingga mereka bisa bemesraan dan bahkan hubungan suami istri karena mereka telah terikat oleh perkawinan yang sah.

Walaupun telah menikah, Yanti dan Doni masih hidup terpisah. Yanti masih ngontrak serumah dengan Dhea sedangkan Doni mengontrak serumah dengan sahabatnya Dedi, teman satu angkatan namun beda kelas. Maksudnya adalah agar kuliah mereka tidak terganggu oleh adegan percintaan jika mereka hidup serumah.

YANTI


Yang namanya sudah menikah, tentu saja mereka tidak malu-malu memperlihatkan kemesraan dihadapan teman-teman mereka. Tetapi masih dalam batas-batas yang wajar dan masih bisa diterima oleh norma kehidupan bermasyarakat. Usia muda yang menikah tentu saja selalu diisi dengan letupan-letupan gairah birahi yang meluap-luap. Oleh sebab itu meraka sering melakukanya di kamar Yanti ataupun di kamar Doni.

Beberapa kali Dhea mendengar desahan dan erangan nikmat yang keluar dari mulut Yanti tanpa disadarinya pada saat Yanti sedang meraih orgasme ketika bersetubuh dengan Doni. Tentu saja suara desahan dan erangan nikmat tersebut membuat Dhea terangsang dan merasa terganggu. Tapi Dhea tidak bisa apa-apa, karena mereka adalah suami istri.

Karena sering kali Dhea mendengar desahan dan erangan nikmat yang keluar dari mulut Yanti dan suaminya pada saat mereka bersetubuh, Dhea sering berkhayal dan berfantasi betapa nikmatnya bila dia dapat merasakan nikmatnya bersetubuh. Tapi mana mungkin, sebab Dhea belumlah bersuami dan belum punya pacar, lagi pula tak mungkin ia lakukan dengan orang lain yang belum menjadi suaminya, karena sebagai gadis yang mengenakan jilbab, dia tahu bahwa persetubuhan hanya dapat dilakukan oleh kedua insan yang telah sah menjadi suami istri.



Tapi dorongan rangsangan birahi yang Dhea alami semakin lama semakin hebat, membuat Dhea mencari cara untuk bisa melepaskannya hasrat birahinya. Akhirnya Dhea menemukan cara memuaskan dirinya dengan bantuan tangannya sendiri meremas-remas teteknya serta menggesek-gesek memek dan klitorisnya sambil mengintip apa yang dilakukan oleh Yanti dan suaminya pada saat mereka bersetubuh melalui jendela kaca yang terdapat di bagian atas dinding.

Untuk bisa mengintip apa yang dilakukan oleh Yanti dan suaminya.Dhea harus naik ke atas meja belajarnya yang kebetulan letaknya pas di bawah jendela kaca tersebut. Dan kegiatan mengintip ini menjadi rutin dilakukan oleh Dhea setiap Doni datang mengunjungi kamar Yanti. Untuk sementara hanya dengan cara mengintip dan bermasturbasi seperti itulah yang dapat dilakukan oleh Dhea untuk bisa melepaskan gairah birahi yang akhir-akhir ini jadi sering bangkit dan minta untuk dituntaskan. Bahkan sering kali muncul godaan dalam dirinya untuk melakukan secara nyata dengan lawan jenis. Walaupun sampai saat ini Dhea masih mampu bertahan, namun entah kapan. Dhea sendiri tak yakin.

Pada suatu hari ada kegiatan organisasi di kampusnya yang mengharuskan Dhea dan Yanti harus bekerja sampai malam di ruang kantor organisasi yang terdapat di dalam kampus. Ruang kantor organisasi ini cukup luas namun disekat-sekat menjadi ruang komputer, ruang ketua dan ruang rapat merangkap ruang kerja

Yanti dan Dhea hanya berdua di kampus yang sepi pada malam itu.

Sekitar jam 7 malam Dhea berkata pada Yanti “Yan…, aku mau pulang dulu yach..bentar kok, hanya mau ngambil file yang ada di komputerku, lalu datang lagi ke sini…Paling lama juga 1 jam… Boleh yah ?”

“Boleh….tapi beneran nich…jangan lama-lama” sahut Yanti mengijinkan.

YANTI


Lalu Dhea keluar dari ruangan itu menuju pintu gerbang kampus yang letaknya cukup jauh dari ruang organisasi dimana mereka berada. Setelah 10 menit baru Dhea tiba di pintu gerbang kampus dan pada saat itu Dhe baru ingat bahwa file yang Dhea butuhkan sudah Dhea copykan ke komputer yang ada di ruang organisasi. Maka Dhea memutuskan untuk kembali ke ruang organisasi dimana Yanti sedang menunggunya.

Begitu tiba ke ruang organisasi, Dhea tidak melihat Yanti. Mungkin Yanti sedang sembahyang di mesjid kampus pikir Dhea, maka Dhea langsung menuju ruang komputer yang bersebelahan dengan ruang ketua yang pintunya tertutup.

Pada saat Dhea akan mencolokkan stop kontak komputer, tiba-tiba telinga Dhea mendengar desahan dan lenguhan khas yang biasa ia dengar dari mulut Yanti bila sedang bercumbu dengan Doni suaminya. Suara itu secara sayup-sayup berasal dari ruang ketua organisasi yang pintunya tertutup. Frekuensi desahan dan erangan yang keluar dari ruangan itu, makin lama makin sering dan semakin keras jelas terdengar membuat gairah Dhea dengan cepat terangsang naik. Tanpa dapat Dhea tahan badannya bergerak ke arah jendela penghubung antara ruang komputer dan ruang ketua. Jendela kaca tersebut dihalangi oleh gorden yang tidak terlalu rapat sehingga Dhea masih bias memperhatikan aktivitas yang terjadi di ruang ketua tersebut.

Ternyata yang sedang bercumbu di ruang ketua itu adalah Yanti dan Suaminya Doni. Doni menyusul Yanti ke ruang organisasi berniat untuk menamani Yanti dan Dhea bekerja pada malam itu. Pada saat Doni tiba di Ruangan itu, dia hanya mendapati Yanti sedang kerja sendiri, dan sebagai pasangan pengantin baru, tentu saja situasi ini benar-benar mereka manfaatkan dengan bermesraan di ruang ketua. Mereka merasa tenang, karena mereka menyangka Dhea akan pulang dulu ke rumah kontrakan untuk mengambil file pekerjaan yang tersimpan di komputernya di rumah kontrakan. Dan menurut perhitungan mereka pulang pergi kampus-rumah kontrakan akan memakan waktu paling cepatnya adalah satu jam dan satu jam itu sangat sayang jika tidak dimanfaatkan dengan bermesraan dengan orang yang dicintai.

Dengan lutut yang gemetar dan dada yang terasa sesak, Dhea mengintip apa yang dilakukan Yanti dan Suaminya. Beberapa kancing baju Yanti telah terbuka dan cup BHnyapun telah ditarik ke atas, sehingga tetek Yanti bagian kirinya yang montok dan bulat sekal menggairahkan itu sedang asyik diremas-remas oleh tangan Doni sambil berdiri. Sementara pantat Yanti terduduk di pinggir meja kerja. Mulut, bibir dan lidah Doni sedang mengulum, memilin dan menjilati puting Yanti yang semakin tegak merangsang.

“Ouh…Aa…. Ohh….A…enak banget A..ouh…” mulut Yanti mendesah dan mengerang menikmati apa yang dilakukan oleh Doni.


DHEA



Doni semakin bernafsu mendengar erangan dan desahan istrinya. Bibirnya semakin lincah mengecup, menghisap dan menjilat tetek Yanti baik yang kiri maupun yang kanan secara bergantian dengan gairah yang mengebu-gebu.

Lalu tangan kirinya mengangkat rok panjang yang dikenakan Yanti hingga sebatas pinggul dan kemudian kedua tangan itu menarik CD Yanti kebawah hingga lepas. Tangan kanan Doni langsung menyerbu memek istrinya dengan usapan dan remasan. Kepala Yanti semakin terdongak dengan mulut terbuka terengah mengeluarkan erangan dan desahan nikmat…

”Aa….Aa….ouh….” dalam erangannya Yanti memanggil-manggil suaminya dengan suara yang sangat merangsang.

Nafsu birahi Dhea semakin meningkat melihat adegan itu, dan ia menghayalkan seandainya saja tangan Doni yang mengobok-ngobok memeknya “ouh….” Tanpa disadari oleh Dhea, ia melenguh nikmat. Mata Dhea tak berkedip mengintip adegan itu, nafasnya semakin tak teratur dan tersengal-sengal diburu nafsu birahi yang semakin menguasai jiwa dan raga Dhea. Tanpa disadarinya sambil mengintip semua detil adegan percumbuan yang dilakukan oleh Yanti, tangan kanan Dhea masuk ke sela-sela rok panjang yag dia gunakan dan langsung masuk ke balik celana dalamnya. Dhea kemudian mulai mengusap dan meremas-remas memeknya sendiri sambil membayangkan ada tangan lain yang sedang mengobok-obok memeknya.

Erangan Yanti semakin keras ketika jari tengah Doni mulai mengocok-ngocok memeknya keluar masuk, sambil jari jempolnya menekan dan memutar klitotis Yanti yang mengeras karena rangsangan yang sangat dahsyat. Mata Yanti terbeliak-beliak menerima kenikmatan yang diberikan suaminya dan pinggulnya bergerak erotis.

Rupanya Doni sudah tidak mampu lagi menahan nafsu birahi yang semakin memmuncak di kepalanya, tangannya menarik retsleting celananya dan mengeluarkan batang kontolnya yang sudah sangat tegang dengan gagahnya dari balik celana dalam yang dia kenakan. Kini tampaklah batang kontol yang tegang keras keluar dari sela-sela retsleting celana panjang yang masih dikenakan oleh Doni. Kemudian dia memposisikan selangkangannya tepat di depan selangkangan Yanti yang Pahanya sudah terbuka lebar memberi jalan.

Perlahan-lahan kepala kontol itu mulai menembus lubang memek Yanti dan secara bersamaan mereka melenguh dan mendesah “Ooahhh..”. Kemudian pantat itu secara perlahan-lahan bergerak secara pasti mengocok-ngocok kontol yang sudah tertanam di dalam memek Yanti. Yanti meringis……melenguh…. Mengerang… bahkan menjerit dan meregang menikmati persetubuhan itu..
DHEA


Pandangan Dhea semakin kabur dan berkunang-kunang menahan nafsu yang semakin mendera. Khayalannya melayang dan melambung seolah-olah dia yang sedang bersetubuh itu. Seolah-olah Dhea merasakan bagaimana teteknya diremas-remas gemas dan menimbulkan rasa nikmat yang teramat sangat, dia merasakan nikmatnya leher dan tengkuknya dicium gemas penuh nafsu….., dan dia juga membayangkan bagaimana telapak tangan dan jari-jari yang mengobok-ngobok memeknya membuat Dhea semakin melayang menikmati khayalannya.

Perasaan nikmat itu begitu nyata…sehingga membuat Dhea mengerang dan mendesah “Ouh…..Ahhhh….” seolah-olah menjawab desahan dan erangan yang keluar dari mulut Yanti.

Ouh… mengapa rasa nikmat ini begitu nyata…? Dan tiba-tiba tubuhnya seolah dialiri listrik, badannya bergetar keras dan Dhea menjerit menahan nikmat ketika dia merasa ada sebuah lidah yang kasar dan basah menjilati lipatan memeknya hingga sampai ke klitorisnya dan menghisp-hisap klitoris Dhea cukup lama membuat kaki Dhea terangkat menjinjit menahan nikmat.

Saking tak kuat menahan nikmat, kedua tangan Dhea merengkuh ke depan selangkangannya . Antara sadar dan tidak Dhea merasa tangannya menyentuh kepala yang sedang bermain diselangkangan Dhea dengan nafsu yang menggelora. Oh…kenapa khayalan ini begitu nyata ? Dhea melihat celana dalamnya sudah terlepas dan tergolek di lantai, entah kapan dia menanggalkannya dan beberapa kancing bajunya telah tanggal memperlihatkan teteknya yang montok menggantung bebas dengan tali penahan BH yang telah lepas pula , dan entah kapan ia melepaskannya.

Lalu Dhea merasa, tubuhnya di tekan ke bawah hingga terduduk di lantai, dan Dhea melihat bahwa kepala yang sedari tadi memberikan kenikmatan pada memeknya adalah Dedi teman satu kostnya Doni. Dedi memandang wajah Dhea dengan tatapan penuh rasa birahi yang meledak-ledak , dan Dhea sangat menikmati tatapan itu. Dhea merasa Dedi mendorong tubuhnya hingga telentang dilantai yang dingin. Tapi dinginnya lantai semakin membuat gairah Dhea meletup-letup.

Antara khayalan dan kenyataan, Dhea melihat Dedi membuka celana-nya dengan tergesa-gesa sekaligus dengan celana dalam yang ia kenakan. Begitu terlepas tampaklah kontol Dedi yang demikian tegang keras sangat menggairahkan Dhea, napas Dhea semakin sesak dan tatapannya semakin nanar melihat kontol Dedi yang tegak dengan gagahnya, Ingin rasanya batang kontol itu segera mengaduk-aduk dan mengobok-obok memeknya yang sudah sangat gatal dan basah , sebagaimana yang sering ia bayangkan pada saat ia mengintip persetubuhan yang dilakukan oleh Doni dan Yanti di kamarnya.

Rupanya Dedi memahami apa yang ada dalam khayalan Dhea. Paha Dhea dibuka lebar-lebar dan rok panjangnya di singkapkan ke atas sampai ke pinggang. Kemudian Dedi memposisikan kepala kontolnya tepat di depan liang memeknya.
DHEA


Dengan sangat hati-hati dibantu oleh tangannya, pantat Dedi mulai menekankan kepala kontol untuk segera masuk menembus memek Dhea. Memek Dhea sudah sangat basah dan berlendir dan sangat membantu kontol Dedi untuk bisa masuk secara perlahan-lahan.

Walaupun ini adalah pengalaman yang pertama bagi Dhea bahwa memeknya ditembus oleh kontol, namun karena gairah Dhea sudah demikian tinggi dan memek Dhea pun sudah demikian basah dan licin sehingga tidak menimbulkan kesulitan yang berarti bagi kepala kontol Dedi bisa memasukinya.

Lalu tiba-tiba Dedi mendorong kontolnya dengan cepat dan… Sreet….. Dhea merasakan ada sesuatu di dalam memek yang sobek dan menimbulkan rasa perih di memeknya. Tapi rasa perih itu kalah oleh sensasi yang tak terbayangkan nikmatnya. Dhea melenguh dan mengerang antara perih dan nikmat “Aduh….auh…”

Dhea merasakan seluruh batang kontol Dedi telah amblas dalam memeknya hingga sampai ke pangkalnya. Kini kedua selangkangan Dhea dan Dedi berimpit dengan rapat dan erat. Mata Dedi terlihat mendelik menahan nikmat dan kepalanya terdongak ke atas dan Dhea-pun merasakan sensasi nikmat yang sama. Lalu Dedi menarik perlahan-lahan batang kontol yang telah tertancap dan begitu tersisa hanya kepala kontol yang masih berada di dalam memek Dhea, Dedi langsung mendorongnya kembali.

Gerakan maju mundur pantat Dedi dilakukan berdasarkan instingnya sebagai laki-laki, walaupun persetubuhan ini merupakan yang pertama pula bagi Dedi. Gesekan yang ditimbulkan oleh gerakan keluar masuknya batang kontol Dedi dengan dinding memek Dhea membuat nafas mereka bagaikan ditarik-tarik dengan cepat dan rasa nikmat semakin membuat mereka melayang-layang.
DHEA


Makin lama genjotan Dedi diatas tubuh Dhea semakin cepat dan bersemangat dan hal itu semakin melambungkan kesadaran Dhea ke awang-awang yang tanpa batas meraih nikmat yang seolah tak berujung. Dan tanpa sadar pinggul Dhea bergerak secara erotis mengimbangi gerakan pinggul Dedi dan tentu saja goyang pinggul Dhea semakin melambungkan kenikmatan mereka semakin tinggi.

Semakin lama gerakan mereka semakin cepat tak terkendali, Dhea merasakan ada sesuatu dalam tubuhnya menjalar dengan cepat pada aliran darah dan nafasnya. Suatu yang tak dapat dia lukiskan itu bergerak semakin cepat menghentak-hentakan tubuhnya sehingga akhirnya tanda dapat dikuasainya, tubuh Dhea melenting mengejang kaku dan keluar teriakan panjang “Aaaaaaakkhh…..”
DHEA


Rupanya Dedipun merasakan hal yang sama, ada sesuatu dalam aliran darah dan aliran napasnya yang menghentak-hentakan badannya tanpa dapat dikuasainya disertai rasa yang sangat…sangat… nikmat tak terlukiskan. Kemudian badan Dedi melenting kaku dan pantatnya menekan kontolnya hingga amblas sampai ke pangkalnya dan kedua selangkangan mereka erat merapat. Dan dari mulut Dedi keluar teriakan “Aaaaaaahh…”

Lalu Dedi merasakan ada gelombang yang sangat dahsyat tak terbendung keluar dari kontolnya menyemprot dengan deras seluruh rongga memek Dhea. Pandangan mata Dedi serasa gelap selama beberapa saat dan

Cret…cret…cret…..semprotan itu keluar entah berapa kali. Dan Dedi merasakan dinding Memek Dhea berdenyut-denyut dengan keras bagaikan memeras dan menghisap-hisap cairan nikmat yang keluar dari kontol Dedi hingga habis. Setelah itu Dedi merasa badannya bagaikan layang-layang yang terbang tinggi, kemudian benangnya putus secara tiba-tiba. Badannya melayang secara cepat ke bawah dan ambruk menindih tubuh Dhea yang masih mengenakan baju dan rok serta jilbab dalam persetubuhan itu.
DHEA


Selama beberapa detik, Dhea merasa khayalannya saat ini begitu luar biasa. Bagaikan nyata…., tapi beberapa menit kemudian, setelah gairahnya surut. Dhea merasa heran karena tubuh Dedi masih terasa berat menindihnya. Dan ini adalah nyata …bukan khayalan. Ditengah kegalauan pikiran Dhea dengan apa yang menimpanya, tiba-tiba Dhea dan Dedi yang masih telanjang menindih tubuh Dhea tersentak mendengar teriakan yang cukup keras.

“Aaaw….., Astaghfirullah!!!” rupanya teriakan itu keluar dari mulut Yanti yang melotot kaget melihat keadaan mereka seperti itu sambil menutup mulutnya.

Dengan terburu-buru dengan perasaan yang tak menentu Dedi mengenakan celana dalam dan celana panjangnya yang tergolek dilantai, sedangkan Dhea yang masih berada dalam mimpi atau nyata merapihkan baju rok dan jilbabnya yang acak-acakan serta mengenakan celana dalamnya yang tergolek di lantai.

“Hei…! Apa yang kalian lakukan..? Tak malukah kalian…? Apa kalian tidak takut akan dosa…Hah…?” kata-kata marah keluar dari mulut Yanti.

Tapi ditenangkan oleh suaminya Doni, walupun kelihatannya ia pun kecewa dengan apa yang dilihatnya.
DHEA


“Udah..sayaang…tenang… “ kata Doni pada Yanti, kemudian Doni mengajak kami untuk duduk di ruang kerja dan membicarakan apa yang telah terjadi.

Kesadaran Dhea sudah pulih, baru dia menyesal dengan apa yang telah terjadi, kemudian Dhea bercerita tentang kronologis kejadian mulai dari mau mengambil file sampai kembali ke ruangan melihat Yanti dan Doni sedang bercumbu. Dhea turut terangsang melihat percumbuan mereka yang panas menggelora, dan tanpa sadar Dhea turut larut dalam khayalan percumbuan sepeti yang ia lihat sampai akhirnya ia disadarkan oleh teriakan kaget dari mulut Yanti, yang Dhea sendiri tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, karena perasaannya tadi dia sedang mengkhayal.

Setelah mendengar cerita dari Dhea, Dedi menambahkan bahwa Dia menyusul Doni ke kampus menemani Dhea dan Yanti yang sedang bekerja dari pada bengong sendirian di kamar kost. Tapi begitu dia sampai di ruangan kantor, dia melihat Dhea sedang larut dalam kenikmatan bermastubasi sambil mengintip Doni dan Yanti bersetubuh. Dedi pun turut mengintip persetubuhan itu dari sela-sela gordyn yang tak tertutup rapat. Rangsangan yang ditimbulkan dari mengintip persetubuhan Doni dan Yanti demikian kuat mempengaruhi pikiran Dedi, sehingga akhirnya secara perlahan-lahan Dedi menghampiri Dhea yang sedang terangsang dan berkhayal, sehingga terjadilah persetubuhan itu.

Persetubuhan yang Dedi dan Dhea lakukan demikian panas dan menghanyutkan sehingga mereka tak sadar bahwa Doni dan Yanti sudah selesai dalam persetubuhannya dan begitu Doni dan Yanti keluar dari ruangan kantor ketua, mereka berdua kaget melihat Dhea sedang ditindih oleh Dedi dalam posisi telanjang.
DHEA


Setelah mendengar semua pengakuan itu, Yanti dan Doni merasa malu dan bersalah pada Dhea dan Dedi. Akibat ketidak kontrolan mereka dalam melakukan persetubuhan, sahabat-sahabat mereka menjadi korban. Setelah itu kami berpelukan saling meminta maaf atasapa yang sudah terjadi

AISYA

Singkat cerita, namaku Aldo (25), & 2 temanku yaitu Dony (30) & Reno (27) (rata-rata tinggi badan kami sekitar 170 cm dengan berat badan yang proposional) sore itu sedang duduk-duduk di teras depan rumahku untuk menggodai cewek-cewek yang menjadi guru ngaji anak-anak TPA di masjid yang letaknya tidak jauh dari rumahku (seperti sore-sore biasanya). Tetapi pada saat itu kami bertiga tidak hanya berniat untuk menggoda saja, kami telah merencanakan sesuatu yang spesial kepada salah satu cewek yang menjadi guru ngaji tersebut.

Gadis alim yang bernasib sial itu bernama Aisya (20), tingginya sekitar 160 cm dengan berat yang proposional, kulit mulus sawo matang agak keputih-putihan, dia lulusan MAN. Diantara cewek-cewek yang menjadi guru ngaji tersebut Aisyalah yang paling manis & cantik. Aisya sering sekali mengenakan jilbab, kemeja, rok yang agak ketat, kaos tangan, kaos kaki & sepatu yang kesemuanya berwarna serba putih, mungkin Aisya memang suka dengan pakaian yang serba putih sehingga membuat jantung kami berdetak sangat kencang setiap kali kami melihatnya & beruntungnya pada sore itu muslimah berjilbab ini juga mengenakan pakaian seperti itu.
 Singkat cerita, Aisya yang selalu ditemani sahabatnya, Nur setiap berangkat ke masjid, entah kenapa pada sore itu berjalan sendirian karena ternyata Nur telah berangkat terlebih dahulu. Kami tidak peduli apa yang membuat Aisya terlambat, yang kami tahu kejadian seperti itu benar-benar merupakan anugerah bagikami.
 Singkat cerita saat muslimah berjilbab ini lewat depan rumahku, kami melancarkan aksi yang telah kami rencanakan sebelumnya tentunya. Pertama-tama akupun memanggil & mendekati Aisya.
 Aku(Aldo):“Assalaamu’alaikum Aisya..? Aisya : “Wa’alaikum salam, ada apa ya mas..??” Aku (Aldo) : “Begini, tadi temenmu yang namanya Nur itu entah kenapa tiba-tiba pingsan di depan rumahku ! ”Aisya : “HAH!! Pingsan!? Bukannya dia udah duluan ke masjid tadi itu ?”

 Aku (Aldo) : “Memang bener tapi entah kenapa pas dia jalan lewat di depan rumahku Nur kliatan sepertinya pusing & malah pingsan.
 Tanpa menunggu lama lagi kami bertiga segera menolongnya dan membawanya ke dalam rumahku. Jadi lebih baek kamu liat sendiri aja deh.” Singkat cerita karena terlalu panik Aisya pun masuk ke dalam rumahku dengan sigap. Muslimah berjilbab ini langsung merangsek masuk ke dalam kamarku setelah kujelaskan dimana kami merebahkan tubuh Nur. Kemudian Aisya masuk ke kamarku & mendapatkan kamarku yang ternyata kosong, tidak seorangpun ada di dalamnya selain Dony, Reno, ranjangku, 4 buah handycam milik kami yang telah dalam keadaan menyala & juga soundsystemku. Sepertinya muslimah berjilbab ini telah mengetahui gelagat jahat dari kami, tapi sebelum Aisya membalikkan badan untuk berlari keluar dari kamarku, Dony sudah terlebih dahulu membekap mulut Aisya dari belakang, sementara tangan kirinya menyergap kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar di balik jilbab putih Aisya dengan kasar. Kemudian akupun menyetel soundsystemku keras-keras dengan musik disko remix untuk meredam teriakan Aisya, lalu mulai mengunci semua pintu rumahku & juga kamarku sendiri dengan sigap.. Kedua tangan Aisyapun mencoba melepaskan kedua tangan Aldo sementara kakinya meronta-ronta menendang kesana kemari. Renopun dengan sigap memegangi kedua kaki muslimah berjilbab ini. Kemudian kami bertigapun melemparkan tubuh muslimah berjilbab ini ke ranjangku yang ukurannnya lumayan besar. Aisya : “HAH!! Mau apa kalian !!?? mana Nur!!??” Aku (Aldo) : “Kamu nggak usa banyak tanya tentang Nur! Dia baek2 aja & uda sampe di masjid dari tadi!” Dony : “Sebaiknya kamu pikirkan diri kamu aja sendiri karena kamu harus mempersiapkan diri kamu baek-baek untuk melayani kami bertiga sampe puas di sini, HA..HA..HA..!!”

 Aisya : “ENGGAK!! Jangan perkosa aku mas, pliiss!! Di tasku itu ada HP, silahkan ambil aja kalo mas mau tapi tolong jangan perkosa aku!!” Reno : “Udah deh kamu tenang aja! Kami nggak akan ambil HPmu karena kami nggak butuh!! Kami cuma pengen ngajak kamu menikmati surga dunia sebelum kamu menikmati surga di akhirat nanti.” Kami bertigapun dengan sigap melucuti seluruh pakaian kami hingga kami telanjang bulat. Muslimah berjilbab inipun terbelalak ketakutan. Kemudian Aisyapun mencoba memberontak untuk meloloskan diri tapi kami bertiga menyergapnya dengan sigap & mencampakkan Aisya kembali ke ranjang, semantara aku mencampakkan tas Aisya & juga sepatu Aisya ke lantai setelah sebelumnya aku menyimpan HP Aisya di kantong celanaku yang kini kugantung di pintu kamarku untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian karena sudah kesetanan, kami bertiga naik ke atas ranjangku.
 Jadi saat itu Aisya & kami bertiga berada di atas ranjangku semua. Sesuai dengan yang telah kami sepakati sebelumnya dalam suit ternyata Dony mendapatkan kesempatan pertama untuk memperawani Aisya disusul aku & Reno. Walaupun aku sebagai tuan rumah tapi aku tetap berusaha untuk sportif
 Kini posisi kami bertiga adalah : aku memegangi tangan kiri & kaki kiri Aisya sementara Reno sebaliknya yaitu memegangi tangan kanan & kaki kanan muslimah berjilbab ini, Donypun sebagai pemegang mandat pertama langsung mencengkeram & membuka lebar kedua paha Aisya setelah sebelumnya menyingkap rok putih Aisya sampai ke atas sampai CD Aisya yang ternyata juga berwarna putih terlihat dengan bebas. Kemudian dengan satu tangan saja Dony mengoyak CD muslimah berjilbab ini di salah satu sisinya saja sehingga CD Aisya tetap menempel di selangkangan Aisya tetapi telah terbuka & menyuguhkan vagina Aisya dengan bulu yang tidak terlalu lebat, sungguh pemandangan yang amat lezat. Tidak mau kalah dengan aksi Dony, Renopun dengan salah satu tangannya melepasi kancing kemeja yang dikenakan Aisya sekaligus merenggut BH Aisya yang ternyata juga berwarna putih & mencampakkannya ke lantai sehingga terpampanglah kedua buah dada Aisya yang tidak terlalu besar tapi benar-benar mulus &kencang.


 Sehingga keadaan Muslimah berjilbab ini kini hanyalah tinggal mengenakan jilbab, kemeja, rok, kaos tangan, kaos kaki yang kesemuanya berwarna putih dengan kakinya yang ditahan mekangkang oleh Dony sementara rok & kemeja Aisya yang sudah terbuka bebas serta CD Aisya yang telah koyak tetapi masih menempel di daerah selangkangannya. Muslimah berjilbab ini mencoba meronta & berteriak sekuat tenaga, tetapi musik disko remix yang kusetel telah meredam teriakannya. Kamipun makin terangsang untuk mencumbui Aisya. Dony menahan kedupa paha Aisya tetap mekangkang dibantu olehku & juga Reno. Donypun memulai aksinya dengan membuka lebar vagina Aisya selebar-lebarnya lalu menjilatinya sampai mengenai klirotis muslimah berjilbab ini. Dony menyodok-nyodokkan lidahnya ke dalam vagina Aisya yang dihiasi dengan bulu-bulu pendek nan indah itu. Aku & Renopun tidak mau ketinggalan, kami mulai meremasi & menghisap-hisap kedua payudara muslimah berjilbab ini bak singa kelaparan sambil sesekali menggigit & juga mencupangnya.
 Aisya : “Akkhh!! Jangaaaann..!! Enggak mauuu!! Ampuuunn..!!!”
 Perlakuan kami bertiga membuat Aisya terbelalak & terkejut setengah mati. Muslimah berjilbab ini samasekali tidak percaya, tubuhnya yang selalu dirawat & dijaga kesuciannya yang samasekali belum pernah tersentuh bahkan oleh sesama wanita kini harus direlakan untuk dinikmati & diacak-acak oleh 3 orang laki-laki sekaligus yang bahkan bukan mukhrimnya. Akhirnya Dony yang sudah tidak tahanpun mulai menempelkan penisnya yang sudah tegang sedari tadi ke vagina Aisya. Tentu saja itu membuat muslimah berjilbab ini ketakutan setengah mati & meronta sekuat tenaga tetapi tentu saja tenaga kami bertiga jauh lebuh kuat. Aku & Renopun mencoba menahan tubuh Aisya untuk merendam rontaan Aisya yang semakin menjadi-jadi & juga agar kedua paha Aisya tetap mekangkang untuk memuluskan aksi Dony.

 Akhirnya Dony yang sudah kesetanan langsung membuka lebar vagina Aisya & menancapkan penisnya yang sudah tegang tidak karuan itu ke mulut vagina Aisya. Dony mencoba melesakkan penisnya yang besar itu ke dalam vagina muslimah berjilbab yang masih suci ini, karuan saja Aisya terkejut setengah mati.
 Aisya : “AAAKKKHHKKKHH..!! JANGAAANNNN.. !! AMPUUNNN..!!”
 Kemudian akupun melumat habis bibir mungil Aisya dengan buas untuk meredam teriakan Aisya. Reno yang sedari tadi hanya berebut buah dada muslimah berjilbab ini denganku kali ini bisa menguasai keduanya, buah dada bagian kanan Aisya disedot-sedot & dilumat sementara salah satu tangannya meremasi buah dada yang kiri & lalu sebaliknya, begitu seterusnya secara bergantian mulut & tangan Reno beraksi dengan kasar. Donypun mulai berusaha sekuat tenaga melesakkan seluruh penisnya ke dalam vagina Aisya.
 Aisya : “MMPHHHPMMHH..!!!!”


 Sepertinya Aisya berusaha berteriak sekuat tenaga, tetapi karena lumatan ganasku di bibir mungil Aisya, membuat usaha muslimah berjilbab ini sia-sia aja.
 Penderitaan Aisya membuat Dony kesetanan tidak karuan, Dony mengerahkan sekuat tenaga menghujamkan seluruh penisnya ke dalam liang vagina Aisya yang terlalu sempit untuk penis sebesar miliknya itu.
 Aisya : “MMPPPHHHAAAAAAAKKKKKHHH…!!! TOLOOOONGGGG..!!”
 Mungkin karena terlalu terkejut & kesakitan yang bukan main walaupun aku sudah mengulum bibir Aisya dengan ganas dibantu dengan salah satu tanganku yang memegang erat kepala Aiya yang terbalut jilbab ini tetap saja kulumanku akhirnya terlepas & Aisya berteriak sekuat tenaga berharap akan ada yang menolongnya, tetapi lokasi kamarku yang terletak jauh di dalam rumahku yang besar & juga soundsystem yang telah kusetel keras-keras membuat usahanya sia-sia. Aku melihat mata muslimah berjilbab ini terpejam kuat & air matanya mengucur deras. Aku merasakan sesuatu telah terjadi dengan Aisya. Benar saja aku melihat dari sela-sela vagina Aisya telah mengalir darah segar sampai membasahi CD Aisya yang telah koyak & masih menempel di daerah selangkangannya tersebut. Dengan sigap aku membersihkan darah keperawanan muslimah berjilbab ini yang telah bercampur keringat dengan menggunakan CD Aisya yang telah koyak sampai bersih. Kemudian aku segera mengambil CD Aisya & menunjukkan darah keperawanannya pada salah satu dari keempat handycam milik kami yang sedari tadi merekam aksi bejat kami lalu menyimpan CD muslimah berjilbab yang telah dihiasi oleh darah keperawanannya ini ke dalam laci rahasiaku dengan baik yang akan aku gunakan sebagai kenang-kenangan. Kemudian aku kembali naik ke ranjangku bergabung dengan teman-temanku lagi. Aku kembali berebut buah dada Aisya dengan Reno sementara Dony mulai sibuk berusaha menggenjot vagina muslimah berjilbab ini.
 Aisya : “AKKHH..!! OOKKHH..!! UUGGHH..!!”

 Akhirnya Dony yang sudah terangsang tidak karuan justru mengeluarkan sperma ke dalam rahim Aisya terlebih dahulu sebelum sempat menhantarkan muslimah berjilbab ini mencapai orgasme. Padahal kesepakatan kami adalah disebut 1 kali giliran apabila salah satu diantara kami berhasil menghantarkan Aisya menikmati “surga dunia”. Akhirnya atas dasar rasa kesetiakawanan aku & Reno memutuskan membantu Dony untuk menghantarkan muslimah berjilbab ini menikmati “surga dunia”. Kemudian Dony mencabut penisnya dari vagina Aisya sehingga membuat darah keperawanan Aisya & sperma Dony bercampur & berceceran ke ranjangku yang putih bersih itu. Lalu kami membuat posisi Dony & Aisya terbalik. Aku & Reno sengaja membiarkan tubuh Dony berada di bawah tubuh Aisya untuk beristirahat sebentar sambil mengumpulkan tenaga, sementara aku & Reno membuat tubuh muslimah berjilbab yang sudah lemah lunglai ini tertelungkup di atas tubuh Dony sambil kedua kakinya kami tekuk, sehingga kaki Aisya seperti kaki katak agar pahanya tetap terbuka & mekangkang setelah sebelumnya kami juga telah mencampakkan rok putih & kemeja putih yang dikenakan Aisya ke lantai. Sehingga kini Aisya tinggal mengenakan jilbab (yang telah kami ikatkan dengan rapi & erat ke belakang lehernya agar tidak menutupi buah dadanya), kaos tangan & kaos kaki yang semuanya berwarna serba putih. Tidak henti-hentinya Aisya mengangis & meronta-ronta dengan sisa-sisa tenaganya walaupun itu hanya sia-sia saja.
 Singkat cerita aku & Reno mengangkat sedikit tubuh Aisya ke atas, kemudian Reno mulai menempatkan penisnya ke mulut Aisya yang menganga lebar karena terus menangis & menahan rasa sakit yang teramat sangat. Mata Aisyapun kembali terbelalak, tapi sebelum muslimah berjilbab ini selesai dengan keterkejutannya penis besar Reno yang sudah tegang sedari tadi telah tenggelam seluruhnya ke dalam mulut Aisya & langsung menggenjotnya dibantu kedua tangan Reno yang mencengkeram kuat kepala Aisya yang terbalut jilbab putih itu. Donypun berhasil menahan kedua tangan Aisya dari bawah sebelum Aisya mencoba menyingkirkan penis Reno dari dalam mulutnya.

 Aisya : “Akkhhmph..!! Mmphh..!! Ampphh..!!”
 Muslimah berjilbab ini terlihat seperti tersedak-sedak, tetapi itu justru membuat Reno semakin kesetanan & terus menggenjot mulut mungil Aisya sambil kedua tangannya mencengkeram kuat kepala Aisya yang terbalut jilbab putih itu kuat-kuat. Setiap kali tangan Aisya mencoba mengeluarkan penis Reno dari mulutnya, Dony selalu menahan kedua tangan muslimah berjilbab ini dari bawah sambil sesekali meremasi kedua buah dada Aisya untuk menahan tubuh Aisya. Akupun memulai aksiku dengan membuka lebar belahan pantat Aisya dengan kuat & mulai menyodok-nyodokkan lidahku sambil menjilati lubang anus muslimah berjilbab ini. Ternyata Aisya merawat daerah vagina sampai ke daerah anusnya dengan baik, karena hanya bulu-bulu halus nan pendek saja yang menghiasinya. Karena melihat penderitaan Aisya yang teramat sangat membuatku sudah tidak tahan lagi, aku tidak peduli apakah anus Aisya sudah cukup basah dengan ludahku atau belum yamg jelas aku langsung mengangkat pinggul Aisya & membuka lebar belahan pantat muslimah berjilbab ini dengan kasar kemudian aku mulai berusaha memasukkan penisku yang sudah tegang sedari tadi ke dalam lubang anus sempit milik muslimah berjilbab ini dengan kasar. Betapa kurasakan ukuran lubang anus Aisya yang terlalu sempit untuk penis seukuranku tapi karena aku sudah kemasukan setan, maka aku mendorong penisku sekuat tenaga ke dalam lubang anus Aisya sampai pada akhirnya aku barhasil membenamkan seluruh penisku ke dalam lubang anus Aisya meskipun menguras banyak tenagaku, bahkan aku merasakan bahwa aku telah mengoyak segumpal daging yang kenyal.
 Aisya : “OOAAAKKHHMMMPPHH..!! UHUKK..!! UHUKKH..!!”


 Tentu sajaAisya terkejut bukan main, muslimah berjilbab ini pasti merasakan anusnya seakan seperti terbelah saja. Aisya mencoba berteriak sekuat tenaga, tapi genjotan kasar penis Reno di dalam mulut Aisya membuat Aisya hanya bisa mengerang & terbatuk-batuk saja.
 Darah segarpun kurasakan mengucur dari belahan pantat muslimah berjilbab ini menemani air matanya yang terus mengucur sedari tadi. Walaupun aku merasa bahwa aku telah memperawani anus Aisya sehingga terasa agak longgar tetapi masih kurasakan agak sempit untuk penis seukuranku bisa menggenjotnya. Tapi karena aku memang sudah kesetanan maka kugenjot saja anus muslimah berjilbab ini dari belakang secara brutal sambil mencengkeram erat pinggul Aisya.
 Akhirnya penderitaan yang dialami Aisya membuat Dony kembali bangkit. penis Donypun menegang kembali & mulai memasukkannya ke dalam vagina muslimah berjilbab ini. Mimpi buruk bagi Aisyapun dimulai. Kini muslimah berjilbab ini benar-benar tidak dapat berkutik lagi. Aisya kini yang tinggal menggunakan jilbab, kaos tangan, & kaos kaki yang semuanya berwarna putih ini menjadi serba salah. Setiap kali aku menggenjotnya dari belakang maka otomatis Aisya akan terpental-pental ke depan & itu justru akan menambah kenikmatan bagi Reno yang sedang menggenjot mulut Aisya dari depan begitu juga sebaliknya setiap kali Reno menggenjotnya dari depan itu merupakan suatu kenikmatan yang tiada tara bagiku. Bahkan setiap kali Aisya mencoba menghindar ke bawahpun, genjotan penis Dony di dalam vagina Aisya & kedua tangan Dony yang selalu meremas-remas, serta mulut liarnya yang sesekali menghisap-hisap kedua buah dada milik muslimah berjilbab ini selalu menantinya dengan senang hati. Singkatnya kini penis-penis kami semua telah kami letakkan pada lubang-lubang kenikmatan milik muslimah berjilbab ini & aku melihat Aisya kini hanya seperti seonggok daging hidup yang hina.
 Aku kemudian mempercepat tempo genjotanku ke dalam anus Aisya dengan ganas sampai akhirnya, croott..!! crooott..!!
 Aisya : “AAGGHHMMPPHH..!!”
 Aku merasakan bahwa aku telah menumpahkan sperma sekuat tenagaku di dalam lubang anus Aisya karena sudah tidak tahan lagi. Akhirnya anus muslimah berjilbab ini terisi penuh dengan spermaku. Sperma yang telah membaur dengan keringat & darah Aisyapun mengucur dari sela-sela anus Aisya kemudian menetes membasahi ranjangku yang berseprei putih nan bersih tersebut. Akhirnya Renopun menyusulku mencapai klimaks & menumpahkan sperma yang banyak & kental ke dalam tenggorokan Aisya.
 Aisya : “UHUKKHH..!! UHUKHKK..!!”

 Tentu saja Aisya merasa benar-benar jijik & mual sehingga ingin memuntahkan sperma yang memenuhi mulutnya tapi Reno dengan sigap & kasar terlebih dahulu telah membungkam mulut Aisya, sehingga Aisya terpaksa menelan sperma Reno meskipun masih ada sebagian kecil sperma Reno yang mengalir dari sela-sela bibir Aisya hingga menetes membasahi jilbab putih bersihnya itu.
 Tidak lama kemudian, Dony yang sedari tadi memompa vagina Aisya sudah mencapai orgasmenya yang kedua. Bersamaan dengan itu kami melihat tingkah Aisya menjadi aneh seperti orang kesurupan, matanya terpejam kemudian terbelalak kembali, lalu tiba-tiba seluruh anggota badan Aisya mengejang & mengeras.Mengetahui muslimah berjilbab ini sudah mencapai pintu “surga dunia”, Dony yang sudah orgasme sedari tadi mempercepat tempo genjotannya secara brutal sampai akhirnya, croott..!! croooott..!!
 Aisya : “AAKKHHKKHH..!!”
 Donypun memuntahkan spermanya ke dalam rahim Aisya & tidak hanya itu, akhirnya kami mampu manghantarkan muslimah berjilbab ini menjelajahi nikmatnya “surga dunia”. Meskipun setelah mencapai orgasmenya yang pertama Aisya langsung pingsan tidak sadarkan diri karena kelelahan.
 Saat itu msulimah yang dikenal santun & taat ini benar-benar telah bermandikan dosa & maksiat begitu juga dengan kamarku. Sementara Aisya pingsan, kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu setelah mencabut penis-penis kami dari lubang-lubang kenikmatan Aisya. Setelah kami selaesai mengenakan pakaian kami, kami mematikan keempat handycam yang sedari tadi merekam aksi bejat kami tersebut.
 Singkat cerita setelah kami bertiga minum obat kuat & beristirahat, kami bertiga tidak sengaja tertidur karena kelelahan. Dony & Reno tertidur di lantai kamarku, sementara aku tertidur di sofa dekat kamar tidurku. Yang jelas kami bertiga tertidur di luar kamar tidurku jadi kini yang masih berdada di ranjang kamar tidurku hanyalah Aisya yang nasih mengenakan jilbab putih yang terikat ke belakang lehernya & berlumuran sperma, serta kaos tangan & kaos kaki yang berwarna putih, kondisi Aisya benar-benar memprihatinkan di mulutnya berlumuran sperma, sementara di vagina & anus muslimah berjilbab ini berlumuran sperma yang telah tercampur baur dengan darah keperawanannya.

 Singkat cerita setelah aku terjaga (kurang lebih pukul 21:00) Dony & Reno kulihat masih tertidur lelap. Ingatanku langsung tertuju kepada Aisya karena Aisya masih berhutang memek kepadaku & memang akulah yang mendapat urutan yang kedua, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung mencari Aisya di kamarku tapi ternyata yang aku dapati hanyalah barang-barang Aisya seperti tas, kemeja, rok, BH, sepatu, kaos tangan, kaos kaki & juga jilbab milik Aisya tetapi tanpa Aisya. Seingatku, aku memang tidak mengunci pintu kamarku setelah kami keluar dari kamarku untuk beristirahat tadi, tetapi aku telah mengunci pintu pagar rumahku & semua pintu keluar dari rumahku untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Akupun terus mencari Aisya dengan panik. Akhirnya aku menemukan Aisya di salah satu sudut ruangan yang jauh dari kamarku. Aku jadi teringat sewaktu kami bertiga memperkosa Aisya tadi, kami bahkan telah mengabaikan saat azan maghrib & isya. Nafsu memang bisa mengalahkan segalanya.
 Yang kulihat kali ini adalah Aisya yang mengenakan mukena pituh bersih sedang bersujud sambil menangis di atas sajadahnya yang lumayan lebar. Ternyata tas Aisya selalu dilengkapi dengan perlengkapan ibadah juga selain perlengkapan mengaji & juga HP & tentu saja Aisya selalu membawanya setiap saat dia bepergian. Tetapi anehnya, samar-samar aku mencium bau harum seperti sabun mandi milikku. Mungkin Aisya yang sudah putus asa mencari jalan keluar dari rumahku akhirnya memutuskan untuk mandi & mensucikan diri untuk kemudian Aisya melakukan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang taat yaitu sholat. Mungkin Aisya menangis pada saat bersujud karena telah meninggalkan sholat maghrib hanya untk melayani nafsu bejat kami.

 Tanpa Aisya sadari aku berjalan secara perlahan mendekatinya & setelah kuamati dengan cermat, ternyata Aisya tidak mengenakan pakaian atau penutup aurat lain selain mukena putih bersih yang dikenakannya. Memang secara logika pakaian Aisya yang ditinggalkannya di kamarku telah berlumuran dosa & maksiat jadi mustahil bagi Aisya untuk menggunakannya sebagai perlengkapan beribadah lagi. Mungkin karena Aisya tidak mengenakan pakaian lain selain mukena yang dikenakannya, lekuk-lekuk tubuh Aisya jadi tercetak jelas membayang di balik mukenanya yang putih bersih.
 Aku yang telah meminum obat kuat & tenagaku yang juga telah pulih kembali membuatku sangat bernafsu melihat Aisya yang masih sedang bersujud, yang hanya mengenakan mukena yang tanpa dirangkap pakaian sehelaipun. Aku yang sudah kalap langsung saja melucuti semua pakaianku sendiri, kemudian mendekati Aisya, lalu langsung saja kusingkap mukena bagian bawahnya ke atas dengan kasar, sehingga tentu saja pantatnya yang sekal & mengkilat tersaji dengan mudah.
 Aisya : “HAAHH..!!”
 Aisya terkejut bukan main. Aku langsung menyergap pinggulnya dengan kasar & disaat Aisya masih dalam posisi bersujud, aku langsung menghujamkan jari-jari tangan kananku yang sudah kubasahi dengan air liurku ke lubang anus Aisya.
 Aisya : “AAKKHH..!! ampuuun maass..!! jangan sekarang maas..!!”
 Aku (Aldo) : “Mau gimana lagi!!?? Kamu lama banget bikin aku nunggu!!”
 Aisya : “Tapi aku kan lagi solat maaasss..!! Biadab kamu maass..!! AAKKHH..!!”
 Aku yang sudah kalap langsung saja mengobok-obok lobang anus muslimah taat ini dengan jari telunjuk, jari tengah, & jari manisku secara cepat & brutal, sementara tanganku yang lain menahan perut Aisya dari bawah. Setelah aku merasakan bahwa anus Aisya telah lumayan licin, aku langsung saja menghujamkan penisku yang sudah tegang sedari tadi ke lubang anus muslimah taat ini. Dalam keadaan Aisya masih pada posisi bersujud, aku kembali menyodomi Aisya tanpa ampun. Kedua tanganku yang menggenggam erat pinggul Aisya membuat Aisya tetap terjaga dalam posisi bersujud. Walaupun Aisya mengerang-erang & berkali-kali mencoba meronta tapi apa daya seorang wanita yang kondisinya sudah lemah karena perkosaan yang dialaminya sebelumnya melawan seorang pria yang bahkan telah meminum obat kuat pria.

 Aisya : “Akkhh..!! Okkhh..!! Akkhh..!! Ookkhh..!! Okkhh..!!”
 Aku (Aldo) : “Ohh..!! Uhh..!! Ohh..!! Ohh..!!”
 Karena aku memompa anus muslimah taat ini dengan ganas, akhirnya erangan kamipun menjadi seirama. Aku merasakan lubang anus Aisya telah berbeda dibandingkan pada waktu aku menyodomonya saat pertama kali tadi. Kini liang anus Aisya menjadi lebih bersih, sungguh berbeda pada waktu aku menyodominya saat pertamakali tadi, aku merasakan banyak kotoran yang mengganjal di dalam liang anus muslimah taat ini. Mungkin pada saat Aisya mandi & mensucikan diri tadi, Aisya sekaligus buang air besar. Aku jadi merasakan kenikmatan yang luar biasa.
 Aku merasakan bahwa aku hampir mencapai orgasme, jadi dengan segera aku mencabut penisku dari anus muslimah taat ini, kemudian aku membalikkan tubuh Aisya dengan kasar & langsung saja kuhujamkan penisku yang sudah hampir mencapai klimaks itu ke dalam vagina Aisya. Kemudian aku langsung memompa vagina Aisya sambil sesekali mulutku menyedot & menggigiti kedua buah dada Aisya dengan kasar. Aku membungkam bibir mungil Aisya dengan bibirku. Sambil terus memompa vagina muslimah taat ini, lidahku secara terus-menerus menyapu seluruh isi bibir mungil Aisya tersebut dengan ganas, sementara tangan kiriku menahan kepala Aisya yang masih terbalut mukena itu & tangan kananku yang tidak henti-hentinya meremasi kedua buah dada Aisya. Tiba-tiba Aisya yang sedari tadi hanya mengerang-erang & meronta-ronta sambil menangis menjadi seperti orang kesurupan, badan Aisya jadi menggelinjang kesana-kemari. Aku yang sudah hampir mencapai klimaks dari tadi ternyata kini merasakan bahwa Aisya juga sudah mencapai puncaknya. Kemudian sekujur tubuh Aisyapun jadi mengeras lagi & aku yang sudah tidak tahan lagi langsung ..croott..!! ..croooottt..!!

 Aisya : “MPPHHPHH..!!”
 Aku (Aldo) : “UOOOHKKHHHHH..!!”
 Akhirnya kami berdua mencapai orgasme pada saat yang bersamaan. Aku merasakan bahwa aku telah menumpahkan seluruh spermaku ke dalam rahim Aisya, walaupun masih ada sedikit spermaku yang telah tercampur dengan darah keperawanan Aisya (walau hanya sedikit) menetes di atas sajadah suci milik Aisya. Sajadah Aisya yang juga berwarna putih bersih itu menjadi berlumuran dosa & maksiat setelah kami bergulat mesum di atasnya. Mukena Aisyapun telah terbasahi oleh keringat kami berdua ditambah lagi noda-noda sperma & titik-titik darah keperawanan Aisya juga turut menghiasi mukena Aisya yang tadinya putih bersih nan suci itu. Setelah melakukan pergumulan terlarang itu kami kelelahan & ambruk di atas sajadah Aisya. Muslimah taat inipun kemudian pingsan & aku beristirahat di samping tubuh Aisya sambil mengatur nafas.
 Ternyata tanpa kusadari aku tertidur lagi & aku terjaga setelah Dony membangunkanku. Tiba-tiba aku mendengar suara jeritan & rintihan Aisya. Ternyata setelah aku melihat, Aisya telah lengkap dengan jilabnya seperti saat sebelum dia diperkosa tadi. Aisya juga telah mengenakan tasnya kembali. Kulihat Reno sedang menyodomi Aisya dalam posisi keduanya berdiri & rok muslimah berjilbab ini yang tersingkap sampai ke atas. & kupikir memang tinggal Renolah yang belum mendapatkan giliran. Aku melihat kedua tangan Aisya yang memegang gagang pintu depan rumahku, rupanya muslimah berjilbab ini berusaha kabur. Reno memompa muslimah berjilbab ini dari belakang dengan ganas sementara kedua tangan Reno menggenggam erat pinggul Aisya sambil sesekali meremasi kedua buah dada Aisya dengan kasar.

 Tiba-tiba Dony menghampiriku & menceritakan bahwa perkiraan kronologinya adalah sebagai berikut : ternyata pada saat aku tertidur, Aisya hanya pura-pura kelelahan saja & ikut tertidur, setelah itu Aisya mengambil kunci dari kantongku dengan sangat hati-hati & panik sampai Aisya lupa untuk tidak sekalian mengambil HPnya yang juga berada di kantongku yang lain. Selanjutnya Aisya kembali ke kamarku & mengenakan seluruh pakaiannya yang telah berserakan di lantai & ranjang kamarku serta mengenakan tasnya setelah sebelumnya memasukkan mukenanya ke dalam tasnya sampai-sampai Aisya tidak peduli lagi dengan noda-noda maksiat yang telah menempel di seluruh pakaian termasuk mukenanya. Kemudian muslimah taat yang telah kembali mengenakan jilbab & semua perlengkapan seperti sebelumnya itupun langsung berusaha kabur melalui pintu depan. Karena semua kunci pintu rumah kujadikan satu sehingga membuat Aisya kesulitan untuk menebak-nebak kunci mana yang tepat. Di tengah-tengah usaha Aisya dalam membuka pintu depan rumahku Reno terjaga & memergoki Aisya yang sedang mencoba kabur. Renopun segera membangunkan Dony tapi Reno tidak sempat membangunkanku karena jarakku yang terlalu jauh sehingga dikhawatirkan akan memberi peluang banyak bagi Aisya untuk kabur. Muslimah berjilbab ini panik setelah mengetahui bahwa Reno telah memergokinya. Ternyata kepanikan Aisya justru memudarkan konsentrasinya dalam membuka pintu depan rumahku. Saat kepanikan menyerang Aisya habis-habisan, Reno yang berpikir bahwa sekarang adalah gilirannya untuk mengawal Aisya menikmati “surga dunia” langsung melucuti seluruh pakaiannya sendiri lalu menyingkap rok Aisya sampai ke atas pundak muslimah berjilbab ini kemudian kedua tangan Reno langsung menyergap pinggul Aisya dengan kasar. Penisnya Reno yang sudah tegak mengacung itupun langsung dihujamkannya ke dalam lubang anus muslimah berjilbab ini.
 Aisya : “AAKKHHKKHH..!! Ampun maass..!! Aku udah nggak kuat lagiii..!! Aku mohoonn..!!”
 Reno : “Ayo buka pintunya..!! Aku juga sedang berusaha membuka milikmu..!! Ha..ha..ha..!!”
 Donypun hanya membiarkan Reno beraksi sendirian karena memang sekarang adalah giliran untuk Reno. Dony hanya mengambil kembali kunci pintu rumahku yang sebelumnya dikuasai Aisya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian Dony mengembalikan kunci pintu rumahku kepadaku setelah menceritakan perkiraan kronologi tersebut.
 Karena aku & Dony berpikir bahwa sekarang adalah giliran Reno, maka kami membiarkan Reno beraksi sendirian selama Reno tidak mengalami kesulitan & perlawanan yang berarti dari Aisya. Tiba-tiba aku mendengar HP Aisya yang kusimpan di kantongku berbunyi, & setelah aku mengeceknya ternyata Aisya mendapat SMS dari sahabatnya Nur.


 SMS Nur : “Aisya, kamu malah pergi kemana sih!!?? Kalo kamu nggak bisa datang kenapa nggak kasih kabar!!?? Santri-santri & juga guru-guru ngaji yang laen pada nanyain tentang kamu ni!!??”
 SMS balasanku : “Sory Nur kalo aku nggak ngasih kabar. Singkat cerita tadi aku ketemu dengan orang-orang yang bisa mengajariku merasakan kenikmatan surga dunia, jadi aku pikir aku harus belajar banyak tentang surga dunia ini sebelum aku bisa merasakan kenikmatan surga yang sebenarnya nanti biar aku nggak kaget gitu Nur.”
 SMS Nur : “Kamu ni bicara nggak jelas apa sihh!!???”
 SMS balasanku : “Udah deh Nur, tar gampang aku jelaskan!! Jadi kamu nggak usa cerewet lagi!! Aku lagi sibuk banget & tugasku masih banyak!!!”
 Kemudian aku mengirim SMS tersebut kepada Nur setelah sebelumnya aku memaksa Aisya untuk membaca semua SMS Nur & SMS balasannya, lalu membuat HP Aisya kedalam mode getar saja. Perlakuan seperti itu kontan membuat mata Aisya merah padam & membuat muslimah berjilbab ini menangis tersedu-sedu. Tapi tangisan Aisya justru membuat Reno semakin kalap. Akhirnya Reno & Aisyapun berguling-guling di lantai seperti pasangan mesum tidak tahu malu yang sedang bergulat di dekat pintu depan rumahku.

 Akhirnya kami melihat muslimah berjilbab ini menggelinjang tidak karuan. Mungkin Aisya sudah akan mencapai orgasme yang tidak dikehendakinya untuk yang ketiga kalinya begitu pula dengan Reno. Kemudian dengan sigap Renopun mencabut penisnya dari lubang anus Aisya & langsung menghujamkannya ke vagina muslimah barjilbab ini. Kontan saja Aisya terkejut bukan main. Meskipun muslimah berjilbab ini sedang dirundung sensasi yang aneh, tetapi mungkin karena keteguhan imannya, Aisya masih tetap bisa mengendalikan diri & tetap berusaha meronta sekuat tenaga. Tetapi Reno yang sudah kalap langsung memompa vagina Aisya tanpa ampun dari belakang sambil salah satu tangannya meremasi buah kedua buah dada Aisya dibalik hemnya yang telah dikenakan oleh Aisya kembali sementara tangan Reno yang lain mengangkat salah satu paha Aisya sampai mekangkang ke atas sehingga memudahkan Reno untuk dapat secara laluasa memompa vagina Aisya dari belakang. Tiba-tiba kulihat sekujur tubuh Aisya jadi menegang & mengeras, sementara Reno yang sudah tidak tahanpun langsung ..crott..!! crooott..!! crootttt..!!
 Suara sperma yang disemburkan ke dalam rahim muslimah berjilbab inipun terdengar sampai di telinga kami.
 Reno : “UUOOOOHHHH..!!”
 Aisya : “AAKKKHH..!!!”
 Reno melonglong seperti ****** disusul oleh suara pekikan Aisya secara tiba-tiba. Setelah Reno kelelahan & mencabut penisnya dari vagina Aisya masih juga kulihat ada darah keperawanan Aisya (walau hanya sedikit sekali), disusul sperma Reno yang meleleh sampai ke luar bibir vagina muslimah berjilbab ini. Kemudian Aisyapun tersungkur di lantai. Akhirnya Reno berhasil “memaksa” Aisya untuk menikmati keindahan “surga dunia” untuk yang ketiga kalinya.
 Singkat cerita karena muslimah berjilbab ini tidak mengindahkan aturan kami karena telah mencoba untuk kabur, maka kami bertiga memutuskan untuk memberikan hukuman kepada Aisya. Tiba-tiba hujan turun beberapa saat setelah kami beristirahat & meminum obat kuat pria serta mencekoki Aisya dengan obat kuat pria juga (karena kami tidak punya obat kuat wanita). Hujanpun turun semakin deras & kamipun sepakat untuk menggunakan moment tersebut untuk mengeksekusi muslimah berjilbab ini.
 Singkat cerita setelah kami menata keempat handycam kami di tepi kebun belakang rumahku & menghidupkannya kembali, kamipun melucuti semua pakaian kami & juga Aisya (sehingga kini Aisya tinggal mengenakan jilbab yang telah kami ikatkan ke belakang lehernya dengan rapi & erat, kaos tangan, & kaos kaki yang semuanya berwarna putih walau telah kotor karena perkosaan yang dialami Aisya sebelumnya). Kemudian kami bertiga menyeret Aisya menuju halaman belakang rumahku. Sementara itu Reno yang masih sempat mengambil HP Aisya dari kantongku celanaku & mengecek HP Aisya mendapati banyak sekali panggilan yang tidak terjawab telah masuk yang ternyata masih dari Nur, sahabat Aisya. Akhirnya dengan tidak sabar Renopun hanya membalasnya dengan mengirim SMS melalui HP Aisya yang ditujukan kepada Nur.


 SMS Reno : “KAMU NI NYEBELIN BANGET SIH!! GARA-GARA KAMU CEREWET TERUS, AKU SEKARANG JADI DIHUKUM SAMA GURU-GURUKU!! TUGASKU JADI TAMBAH BANYAK TAU!!!”
 & SMS itupun dikirim setelah sebelumnya Aisya kembali dipaksa untuk membacanya. Wajah Aisyapun menjadi merah padam, Aisyapun berusaha merebut HPnya dari tangan Reno tapi usahanya sia-sia. Akhirnya kamipun menyeret muslimah berjilbab ini sampai di tengah-tengah kebun belakang rumahku yang hanya ditumbuhi rerumputan saja. Karena pada malam itu hujan turun cukup lebat, maka secara otomatis kami berempat termasuk Aisya jadi berhujan-hujan di tengah kebun belakang rumahku. Suasana seperti ini sungguh sangat merangsang bagi kami bertiga, tetapi sebaliknya ini adalah mimpi buruk bagi muslimah berjilbab ini yang sebentar lagi akan menjadi kenyataan.
 Aisya : “Aku mohon maasss..!! Aku udah nggak kuat lagiiii..!! Aku mohoon maaas..!! Ampuunnn..!!”
 Aku (Aldo) : “Kamu udah berani ngambil kunci dari kantongku & nyoba kabur kan!?”
 Dony : “Ya! Karena kamu udah berani maen api dengan kami, jadi kamu mesti dihukum!! “
 Reno : “Tapi tenang aja..!! Hukuman ini justru akan menambah pengalamanmu untuk mempelajari nikmatnya surga dunia jauh lebih banyak ..he..he..!!”
 Aisya : “Enggakk!!! Ahhh!!!!”
 Tiba-tiba Dony menampar pipi Aisya sehingga membuat muslimah yang tinggal mengenakan jilbab, kaos tangan, & kaos kaki yang semuanya berwarna putih ini tersungkur di rerumputan. Kemudian dengan sigap kami bertiga langsung menempatkan posisi kami. Aku & Dony menyergap & mengangkat paha kiri Aisya ke atas, sementara Reno mengangkat lengan kiri Aisya ke atas sehingga muslimah berjilbab ini kini hanya menggantung-gantung di antara kami. Lalu kamipun segera menempatkan penis-penis kami. Penisku langsung kuhujamkan menembus vagina Aisya, Donypun menancapkan penisnya ke dalam lubang anus Aisya, & Renopun telah berhasil menenggelamkan penisnya ke dalam bibir mungil Aisya, sementara salah satu tangannya menggenggam kepala Aisya yang terbalut jilbab putih itu. Di saat kami menggenjot lubang-lubang kenikmatan Aisya, muslimah berjilbab inipun meronta-ronta sambil menangis. Kaki kanan Aisya yang masih bebas menggelinjang kesana kemari, sementara tangan kanan Aisya yang masih bebaspun selalu mencoba menghentikan aksi kami walaupun usahanya sia-sia karena tangan-tangan kami juga selalu menepisnya dengan kasar.

 Aisya : “AAKKKHHMMPPHH..!!”
 Karena sodokan-sodokan kasar penis Reno ke dalam mulut Aisya, membuat Aisya bungkam, bahkan hanya untuk berteriak saja tidak bisa dilakukannya. Kami berempatpun akhirnya bermandikan hujan, peluh, maksiat, & dosa.
 Tiba-tiba entah kenapa, mungkin karena obat kuat pria yang telah kami cekokkan secara paksa ke dalam mulut Aisya, sehingga membuat tenaga muslimah berjilbab ini bangkit & sanggup melakukan perlawanan sengit. Aisya berhasil mengeluarkan penis Reno dari mulutnya dengan tangan kanannya yang masih bebas & meninju perut Reno sehingga membuat Reno meringis kesakitan. Secara otomatis kepala Aisya jatuh tersungkur di rerumputan. Kejadian ini benar-benar di luar perhitungan kami. Bahkan setelah itu, Aisya berhasil mendorong perutku dengan kaki kanannya yang masih bebas sehingga membuat penisku keluar dari vagina Aisya dengan mudah, secara refleks genggaman kedua tanganku atas paha kiri Aisya menjadi terlepas, sehingga membuat Dony menahan seluruh berat tubuh Aisya seorang diri. Tentu saja Dony tidak dapat mengimbangi gerak tubuh Aisya yang terus meronta-ronta seorang diri, akhirnya genggaman kedua tangan Dony atas paha kiri Aisya menjadi terlepas & juga penis Dony yang telah menancap di dalam anus Aisyapun dapat keluar dengan mudah. Akhirnya karena sudah tidak ada lagi seorangpun yang menahan berat tubuh Aisya secara otomatis tubuh muslimah berjilbab ini jatuh tertelungkup di rerumputan. Aisyapun dengan sigap mencoba meloloskan diri.
 Akan tetapi sebelum Aisya berhasil bangkit dari posisinya, Donypun terlebih dahulu menendang selangkangan Aisya sehingga membuat Aisya kembali jatuh tertelungkup. Kemudian Donypun dengan sigap menindih Aisya dari atas sementara kedua tangannya meremasi kedua buah dada muslimah berjilbab ini dengan kasar yang bertujuan untuk menguras tenaga Aisya. Ttetapi sungguh di luar dugaan, Aisya tidak henti-hentinya melakukan perlawanan sengit. Kami benar-benar tidak menyangka jika obat kuat pria bisa membiat Aisya menjadi seperti ini. Keadaan seperti ini benar-benar memaksaku untuk berpikir cepat. Setelah aku mengingat bahwa aku selalu menyimpan tali-tali pramuka yang sering kita gunakan untuk hiking, akupun mengambilnya dengan sigap dari almariku.

 Singkat cerita, kami telah berhasil mengikat muslimah berjilbab ini meski dengan perjuangan yang cukup melelahkan. & kini keadaan Aisya adalah : selain hanya menggunakan jilbab putih (yang telah terikat dengan rapi & erat ke belakang lehernya), kaos tangan putih & kaos kaki yang juga berwarna putih, kedua tangan Aisya juga telah terikat erat ke belakang punggungnya sampai berbentuk siku, sementara paha kanan Aisya terikat erat menempel dengan lengan kanan Aisya begitu pula sebaliknya, paha kiri Aisya juga telah terikat erat dengan lengan kirinya. Sehingga posisi kedua paha Aisya kini adalah terikat mekangkang & terbuka.
 Akhirnya kami bertiga yang sudah tidak kuat menahan nafsu setan kami melihat keadaan Aisya seperti itu kembali menempatkan penis-penis kami ke lubang-lubang kenikmatan Aisya setelah sebelumnya merapikan kembali jilbab, kaos tangan, & kaos kaki yang dikenakan Aisya. Kini posisi kami adalah : Dony memangku Aisya setelah sebelumnya memasukkan penisnya ke dalam anus muslimah berjilbab ini, sedangkan aku memasukkan penisku ke dalam vagina Aisya, sementara kedua tangan Reno memegang & menahan kepala Aisya tetap berpaling ke kiri dimana Reno berada & kemudian menenggelamkan penisnya ke mulut Aisya secara paksa. Akhirnya kini kami bisa menggenjot lubang-lubang kenikmatan Aisya tanpa perlawanan berarti dari muslimah berjilbab ini. Aisya hanya membalas perlakuan kami bertiga dengan cucuran air mata & erangan-erangan yang tidak jelas yang keluar dari mulut Aisya dikarenakan genjotan ganas penis Reno di dalam mulut Aisya. Akhirnya kini muslimah berjilbab ini hanya seperti seonggok daging hidup yang hina, serta berlumuran maksiat & dosa.


 Kami bertiga mempercepat tempo genjotan kami, & akhirnya Reno menyemburkan sperma terlebih dahulu di dalam mulut Aisya & Renopun memaksa Aisya untuk menelan spermanya dengan membungkam dengan mulut Aisya, meskipun masih ada juga sedikit sperma Reno yang menetes keluar dari bibir mungil muslimah berjilbab ini dikarenakan sperma Reno yang terlalu banyak memenuhi mulut Aisya yang hanya berukuran kecil tersebut. Mungkin karena Dony hampir mencapai orgasme jadi secara tiba-tiba Dony mencabut penisnya dari dalam anus Aisya & berusaha menenggelamkannya ke dalam vagina Aisya sehingga berdesak-desakan dengan penisku yang sedari tadi terus menggenjot vagina muslimah berjilbab ini. Cairan vagina Aisya yang telah tercampur aduk dengan keringat kami, membuat penis kami berdua sedikit demi sedikit bisa melesak masuk secara keseluruhan ke dalam vagina muslimah berjilab ini meskipun dengan perjuangan yang luar biasa. Tiba-tiba aku merasakan bahwa kami telah mengoyak sesuatu & merasakan cairan hangat yang meleleh di pahaku. Benar saja, setelah aku lihat ternyata pahaku telah terbasahi oleh darah keperawanan muslimah berjilbab ini. Ternyata penis kami berdua telah berhasil mengoyak bibir vagina Aisya jauh lebih lebar & berhasil memaksa darah keperawanan muslimah berjilbab ini keluar untuk yang kesekian kalinya.
 Aisya : “AAAAKKKHHHKKHH..!!! AMPUUUNN..!! NGGAK MAUUUU..!! JANGAAAAAAAAAAAAAAANN..!! ..AAAAAAAAAAAAAAKKKKKHHKKHHH.. !!”
 Kontan mata Aisya terbelalak & terkejut setengah mati. Muslimah berjilbab ini samasekali tidak menyangka apa yang selama ini telah dirawat & selalu dijaga kesuciannya, serta tidak seorangpun bahkan sesama mukhrim pernah menjamahnya, kini harus direlakan untuk dimasuki 2 penis lelaki bejat sekaligus. Akhirnya kami bertiga sepakat untuk segera mengeksekusi Aisya. Kedua tangan Reno membantu menahan tubuh Aisya kuat-kuat sambil mulutnya mencupang kuat salah satu payudara Aisya, sementara aku & Dony mulai menggenjot vagina Aisya dengan irama yang sama.
 Aisya : “AAKKKHHH..!! OOKKHH..!! AAAAAKKKHHKKKHH..!!……..
 Di tengah-tengah aku & Dony hampir mencapai orgasme, Aisya justru pingsan sampai tidak sadarkan diri karena tidak kuat lagi menahan penderitaan yang belum pernah dirasakan seumur hidupnya. Karena sudah terlanjur kesetanan, aku & Donypun tetap melanjutkan genjotan kami di dalam vagina Aisya bahkan mempercepat tempo iramanya walaupun muslimah berjilbab ini telah pingsan & tidak berkutik lagi. Akhirnya aku mencapai klimaks & menyemburkan banyak spermaku ke dalam rahim Aisya & tidak lama setelah itu kurasakan Dony juga mengisi penuh rahim Aisya dengan spermanya bahkan lebih banyak dari milikku. Setelah aku & Dony mencabut penis-penis kami dari vagina Aisya, terlihatlah lelehan sperma yang telah tercampur baur dengan darah keperawanan muslimah berjilbab ini, juga keringat kami, serta air hujan yang selalu mengawal kami dalam menikmati indahnya “surga dunia”.


 Singkat cerita, setelah kami bertiga menggotong tubuh Aisya menepi & melepas semua tali yang mengikatnya, serta mematikan keempat handycam milik kami yang sedari tadi merekam pergumulan penuh maksiat & dosa itu, kami langsung memandikan Aisya walaupun Aisya masih dalam keadaan pingsan. Kemudian kemi membuat Aisya terlihat seperti saat sebelum dia diperkosa walaupun dengan pakaian yang telah basah & kotor akan noda-noda di sana-sini, sementara barang-barang bawaan Aisya seperti sajadah Aisya yang telah ternoda di sana-sini & tasnya yang berisi mukena yang juga telah ternoda di sana-sini justru kusimpan sebagai kenang-kenangan bersama CD Aisya yang telah ternoda oleh darah keperawanannya sendiri di dalam laci rahasiaku.
 Kemudian pada saat Aisya masih dalam keadaan pingsan, kami cepat-cepat memasukkan muslimah berjilbab ini ke dalam mobilku, untuk selanjutnya kami membawanya ke tempat prostitusi terdekat dari rumahku untuk menjual muslimah berjilbab ini dengan segera, sehingga dapat menghindarkan kami bertiga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tanpa kami duga sebelumnya, ternyata germo di tempat pelacuran tersebut juga sudah menunggu lama akan adanya pelacur yang berjilbab karena banyak juga tamu yang menginginkan & menanyakan hal tersebut, hanya belum kesampaian sampai sekarang. Oleh karena itu germo tersebut mau membeli Aisya dengan harga 5 juta, walaupun germo tersebut telah mengecek seluruh bagian tubuh Aisya & didapatinya cupangan di sana-sini terutama pada bagian payudara & sekitarnya, serta didapatinya bibir anus Aisya yang telah rusak, terlebih lagi vagina Aisya yang juga telah rusak parah. Seandainya saja Aisya masih suci, pasti harganya bisa mencapai 10 juta lebih.
 Akhirnya kami deal, & germo tersebut memberi kami 5 juta cash. Beberapa saat sebelum kami bertiga pulang, kami menyempatkan diri untuk mengirim SMS kepada Nur (sahabat Aisya) melalui HP Aisya yang berisikan bahwa Aisya telah memutuskan jalan hidupnya sendiri, yaitu ingin melanjutkan hidupnya di dalam “surga dunia” selama-lamanya sampai akhir hayatnya. & tidak lupa kami juga memberitahukan alamat lokalisasi tersebut pada akhir SMS. Kemudian kami memberikan HP Aisya kepada sang germo setelah sebelumnya membuang simcard HP Aisya ke tempat sampah.
 Singkat cerita, kami sering berkunjung ke lokalisasi tersebut untuk kembali mencicipi Aisya di saat kami merindukannya. Yang menjadi masalah adalah tarif Aisya yang terlalu tinggi, bahkan paling tinggi diantara pelacur-pelacur yang lain. Mungkin dikarenakan Aisya adalah tergolong pelacur model baru, yaitu pelacur yang mengenakan jilbab. Sementara masalah yang lainnya adalah antrian tamu yang ingin mencicipi tubuh muslimah berjilbab ini. Orang-orang penting selalu memesan Aisya terlebih dahulu via HP kepada sang germo, sehingga kami selalu kalah cepat. Yang kami tidak habis pikir adalah model-model pakaian yang dikenakan Aisya dari hari ke hari sungguh bervariasi & sangat merangsang. Yakni, mulai dari Aisya yang mengenakan jilbab ketat yang diikatkan erat ke belakang lehernya, kaos lengan panjang ketat, rok panjang yang juga ketat, & kaos kaki tanpa sepatu yang berwarna serba hitam, hanya saja belahan pada rok Aisya terlalu tinggi & hanya menyisakan kira-kira kurang dari 5cm saja sehingga menampakkan keindahan pahanya yang benar-benar mulus & seksi. Aisya juga pernah memakai pakaian yang cukup merangsang, yaitu berjilbab ketat yang diikatkan erat ke belakang lehernya dengan pakaian yang berwarna serba merah menyala, anehnya yang menutupi buah dadanya hanya BH yang divariasi hingga sangat merangsang, sementara roknya adalah menggunakan rok yang sangat pendek didukung oleh sepatu dengan hak tinggi, sehingga keindahan perut, punggung, & paha mulus muslimah berjilbab ini tidak dapat ditutupi lagi. Hanya saja setiap kali kami melihat Aisya di lokalisasi tersebut, mata Aisya selalu menatap dengan tatapan yang kosong. Mungkin secara psikologis, Aisya benar-benar terpukul dengan kejadian yang dialaminya itu.
 Suatu hari ketika kami merindukan tubuh muslimah berjilbab ini, kami mendatangi lokalisasi tersebut & mendapati Aisya sedang mengiba-iba & memohon ampun kepada Nur sahabat Aisya di suatu lorong dekat lokalisasi yang tidak banyak orang di sana. Mungkin Nur sungguh tidak menyangka bahwa sahabatnya yang dikenalnya selalu alim & santun, kini menjadi rusak & liar seperti ini. Kami bertiga tidak begitu jelas mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, tapi yang jelas yang kami lihat terakhir adalah Nur menampar pipi Aisya dengan keras & meninggalkan Aisya begitu saja disambut dengan tangisan Aisya yang menjadi-jadi. Ternyata kami tidak hanya telah merusak masa depan & menjebloskan seorang gadis alim berjilbab ke dalam jurang penderitaan, kami juga telah menghancurkan persahabatan antara 2 orang yang sudah berteman sangat baik.