Jumat, 08 Februari 2013

LATIFAH

Bus malam Executive class itu melaju dengan cepat di sekitar kota Brebes. Waktu sudah menunjukkan jam 23.45 WIB. Seorang gadis cantik berjilbab lebar warna putih dan kaos lengan panjang warna coklat, sewarna dengan rok panjang yang dikenakannya bernama Latifah duduk di bangku paling belakang, hanya seorang diri. Ia terlihat sudah amat mengantuk. Sementara para penumpang lain sudah tidur dengan nyenyak. Hanya alunan musik santai terdengar lembut.
 Di tengah kegelapan bus yang lampu ruangannya dimatikan nampak sang kondektur bus itu tengah berjalan santai menuju bagian belakang bus. Kebetulan bus hanya ditumpangi 10 orang. 9 orang berada di bagian depan hingga lima bangku di belakangnya. Dari tengah ke belakang otomatis kosong.
 Pak kondektur bernama Joni Item, karena tubuhnya memang hitam legam, berjalan santai ke belakang. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sesosok tubuh yang terbalut jilbab lebar warna putih dan kaos lengan panjang dengan rok panjang warna coklat. Gadis itu terlihat mengangguk-anggukkan kepala karena mengantuk. Melihat kesendirian gadis itu, ditambah pakaiannya yang baginya sedang kesepian membuat sang kondektur kontan terkesiap. Dadanya berguncang, birahinya tergugah. Ia membayangkan bagaimana bentuk tubuh mulus di balik pakaian serba tertutup namun agak ketat itu. Membayangkan bagaimana kalau mulut gadis berjilbab itu mengulum penisnya. Oh, kontan penisnya menegang keras sekali.


 Segera didekatinya Latifah lalu tangannya merogoh kantung celananya, mengambil sebilah belati kecil yang memang selalu dibawanya. Latifah, si gadis berjilbab itu sontak terbangun kaget sekali, ketika merasakan bagian lehernya terasa sakit. Ternyata sebilah belati sedang ditodongkan ke lehernya, bahkan sudah terasa ujungnya yang tajamnya menusuk kulit leher, menembus jilbab putihnya. Matanya mendelik penuh ketakutan. “Turuti kemauan saya, kalau kamu tidak mau mati konyol.”, ancam si Joni Ireng.
 Latifah yang sedang dikuasai perasaan ketakutan dan kaget yang amat sangat nampak hanya bisa terdiam dengan tubuh gemetar dengan wajah tang penug kecemasan. Jantungnya terasa seakan mau copot karena berdegup kencang. Sesat kemudian dengan suara seakan tercekik karena tercekat ketakutan gadis berjilbab putih itu bertanya,”Mmau..apaa..Pak??”. “Pokoknya turuti saja, kalau tidak kamu saya bunuh sekarang.”,ancam pria itu lagi.
 Latifah membungkam. Ia tidak berani berbuat apa-apa, ketika tangan kanan lelaki itu yang masih menganggur mulai menyusup kebalik jilbab lebar yang dikenakannya dan mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaus lengan panjang yang membalut tubuh Latifah . Ia hanya mampu merintih-rintih. “Tolong pak, jangan lakukan itu.”, pinta gadis jilbab itu memelas dengan nafas yang mulai tidak teratur. Namun Joni tidak perduli. Tangannya semakin ganas meremas payudara montok gadis berjilbab yang berusia dua puluh enam tahun itu. Saat dirasa penisnya mulai semakin tegang, ia segera membuka resleting celananya sendiri dan mengeluarkan penisnya yang cukup besar dan panjang, berdiameter 4 cm dan panjang 22 cm. Mata Latifah semakin melotot melihat barang lelaki yang selama ini belum pernah dilihatnya, bahkan belum pernah dibayangkannya. Sembari bangkit dari duduknya, pria itu lalu menyodorkan penisnya itu kehadapan wajah Latifah . “Hayo emut dan kulum dengan lembut.”, perintahnya.



 Latifah menolak paksaan pria itu dengan memalingkan wajahnya dari pemandangan yang baginya menjijikkan. Tetapi otomatis belati Joni makin terasa menusuk di lehernya, sehingga terpaksa dengan perasaan takut akan keselamatan hidupnya dengan terpaksa dan malu sekali, ia mulai membuka mulut dengan mata terpejam sembari kemudian menjilat-jilat penis besar Joni yang berwarna hitam legam. Lidahnya terlihat indah seperti mengelus-elus penisnya. Mata Joni terlihat mulai mendelik keenakan. Tak lama kemudian ia mulai mengulum-ngulumnya meski dengan perasaan jijik. Kepala gadis berjilbab putih lebar itu pun mulai bergerak maju-mundur. Dari jauh, hanya terlihat Joni menghadapkan badannya ke arah Latifah. Ia merasakan kenikmatan tiada tara. Tak pernah dibayangkan bahwa seorang gadis berjilbab mengulum-ngulum penisnya seperti itu. Kuluman Latifah semakin ganas.
 Tampaknya gadis itu mulai tergugah juga birahinya. Benar-benar hal itu menjadi sensasi besar baginya. Selama ini matanya selalu terjaga, tidak pernah memandang aurat laki-laki, apalagi kemaluannya. Kini batang penis Joni yang panjang, besar, hitam dan kokoh berada dalam mulutnya, dengan wajahnya yang cantik berhiaskan jilbab putih lebar. Bagi pria itu, inilah sensasi yang tak pernah dibayangkannya sama sekali. Joni kemudian melepaskan penisnya dari mulut indah gadis berjilbab itu. Nampaknya pria itu tertarik dengan hal lain.

 “Diam, jangan bergerak.”,
 hardik Joni dengan suara pelan. Ia mulai menarik jilbab lebar Latifah dan menyelempangkan ke bahu gadis itu. Kemudian dengan agak tergesa-gesa, ia menyingkap kaos lengan panjang Latifah keatas hingga sedada.
 “Tolong mas, jangan. Nanti dilihat orang, saya bisa malu sekali.”, pinta gadis jilbab itu dengan suara lirih. Joni tidak perduli.
 “Kalau ada yang melihat, kita berhenti sebentar. Kamu kan bisa menutup jilbabmu lagi.”
 Beberapa saat kemudian, terkuaklah tubuh bagian dada gadis berjilbab putih lebar itu. Dua bongkah payudara yang sudah mulai montok, terlihat membusung, masih tertutup oleh BH-nya yang berwarna hitam, tetapi agak ketat.


 Tangan Joni mulai menggerayangi benda antik Latifah itu dengan nafsu tak tertahan lagi.
 Bahkan sebentar kemudian, ia sudah menarik paksa BH gadis alim itu hingga copot dan dilemparkannya ke lantai bus.
 Terlihatlah dua bukit kembar milik Latifah yang amat putih sekali, indah dan montok. Tampaknya Latifah cukup memelihara tubuhnya meski berpakaian rapat.
 Tangan Joni semakin gencar meremas-remas payudara gadis jilbab itu dengan cukup keras, sehingga warna payudara itu berubah kemerahan.Air mata Latifah sudah bercucuran deras. Ia merasa terhina dan dilecehkan sekali. Semua orang di bus itu bisa menyaksikan kejadian yang memalukan itu, termasuk supirnya. Tapi tampaknya yang beruntung cuma sang kondektur keparat itu saja.
 Masih belum puas dengan hasil karyanya itu, Joni meminta Latifah berdiri dan menaikkan sendiri rok panjang warna coklat yang dikenakannya dari bagian bawah. Serta merta Latifah menolak dengan menggeleng-gelengkan kepalanya yang berjilbab, tetapi itu semua sia-sia karena Joni mengancam akan menggorok lehernya sembari menghunus belati, sehingga Latifah ketakutan. Ia mulai mengangkat rok panjang yang dikenakannya itu sedikit demi sedikit. Mulailah terlihat sepasang kaus kaki putih panjang hamper selutut menghiasi betisnya yang indah, akhirnya kedua bongkah pahanya yang putih montok, mulus dan menggairahkan.


 ‘Terus angkat lagi.”,hardik Joni.
 Akhirnya Latifah dengan sangat malu sekali, takut kalau ada penumpang yang melihatnya, mulai mengangkat lagi rok panjangnya. Oh, sungguh beruntung sekali nasib Joni. Matanya melotot bulat begitu melihat celana dalam Latifah yang membungkus ketat kemaluannya yang menggunduk amat indah dan menggiurkan. Gadis berjilbab itu terlihat amat menakjubkan dengan wajahnya yang cantik berhiaskan jilbab putih lebar, namun kaus lengan panjangnya tersingkap keatas memaparkan sepasang bukit kembar nan kenyal nampak membusung indah dan dari bagian pinggang ke bawah hampir telanjang, hanya terbalut celana dalam saja!!! Tangan jahil Joni mulai meremas-remas kemaluan gadis berjilbab itu, sehingga Latifah merintih agak keras. Bahkan tangannya mulai merayap ke dalam celana dalam Latifah, sehingga gundukan kemaluan dengan bulu-bulu kemaluan halus itu berhasil diremas oleh Joni. Mata Latifah terlihat mendelik, bahkan bagian hitamnya sedikit menghilang menahan kenikmatan yang sebenarnya tidak diinginkannya. Joni terlihat menyeringai gembira melihatnya.


 Selanjutnya, sembari tubuhnya bergerak kenawah mulut Joni juga mulai menciumi kemaluan Latifah yang masih terbalut celdam ketat itu. Bau kemaluan wanita berjilbab itu yang cukup unik namun menggairahkan itu, terhirup oleh Joni, sehingga ia makin kesetanan. Tiba-tiba nafsu Joni menggelegak. Godaan aroma tubuh yang keluar dari gadis berjilbab itu begitu terasa menggairahkan. Dengan menahan birahi yang menggelegak, dicengkeramnya kedua lengan Latifah sembari memaksa dan menyuruh sang gadis berjilbab itu untuk berdiri berbalik membelakanginya. Dengan takut Latifah menurutinya.
 Saat tubuh itu berbalik membelakanginya menghadap ke arah jok bangku panjang di belakang bus itu, Joni langsung memegangi rok panjang gadis jilbab itu yang sudah tersingkap sampai sepinggang, sehingga Joni langsung bisa melihat kemulusan paha Latifah berikut celana dalam putihnya. Tanpa sabar Joni dengan tangan kanannya yang kekar menurunkan paksa celana dalam gadis jilbab itu, sehingga terlihatlah kulit pantat dan pinggul gadis alim itu, berikut kemaluannya dari arah belakang, seperti kue martabak yang terlipat, indah dan menggairahkan. Pinggul gadis alim itu terlihat membukit indah sekali. Sembari meregangkan kedua paha mulus Latifah dengan tangan kanannya, tangan kirinya membimbing penis yang sudah tegak mengacung kearah kemaluan gadis jilbab itu, mencari-cari lubang kemaluannya agar tidak melenceng, karena ia khawatir ada penumpang yang terbangun.
 Digesek-gesekkannya kepala penis itu di belahan vagina Latifah yang sudah basah itu. Perlahan didorongnya masuk menembus belahan sempit vagina yang masih perawan itu. Awalnya sulit karena sering meleset namun akhirnya ia berhasil. Kepala penisnya mulai mendesak masuk ke belahan kemaluan gadis jilbab yang naas itu. “Aakkkhh…!”,pekiknya tertahan saat kemaluan besar itu perlahan menerobos masuk vagina miliknya. Sembari kedua lengan Latifah bertumpu diatas sandaran kepala kursi bus mulutnya menggigit ujung jilbab putihnya. Dengan wajah tertunduk menahan sakit, malu terhina bercampur aduk dengan mata terpejam, perlahan dari bibirnya mulai terdengar isak tangis nan lirih. Joni tidak menyia-nyiakan kesempatan, dengan keras ia menekan penisnya. Sedikit sedikit akhirnya ia berhasil membenamkan penisnya dalam-dalam sampai menyentuh ujung rahim milik gadis jilbab itu. Nampak penis pria itu tidak sepenuhnya tertanam dikarenakan ukurannya yang panjang. Terlihat pula cairan kental bercampur darah nampak menetes keluar dari bibir vagina itu.


 Keperawanan sang gadis berjilbab putih lebar itu telah bobol. Lalu sesaat setelah mengatur nafas Joni mulai menggenjot tubuh gadis jilbab itu dari belakang. Tangannya yang satu mencengkeram dan meremas-remas payudara Latifah. Sementara yang satunya lagi mencengkeram erat pinggul bahenol itu. Penisnya maju mundur perlahan menikmati kemaluan gadis berjilbab putih lebar itu,”Oohh..emmhh..sshh…seret banget memiawmu ssayyyanggh ohh..!”, desah dan racauan Joni. Rasa nikmat tiada tara terasa menjalar sampai ke ubun-ubun sang kondektur. Sama sekali tidak bisa dibandingkan pada saat ia menyetubuhi para pelacur langganannya. Kini ia terlihat perkasa dan amat bangga sekali mampu mempermalukan gadis jilbab yang selama ini selalu menjaga auratnya itu.
 “Kecepak..plak..plakk…!”,
 bunyi yang timbul saat selangkangan pemerkosa itu beradu dengan bongkahan pantat nan padat milik Latifah sang gadis berjilbab putih lebar berulang-ulang.
 Sedangkan gadis berjilbab putih lebar hanya bisa merintih dan mendesah pelan sembari tubuhnya terguncang-guncang menerima sodokan demi sodokan penis pemerkosanya itu yang semakin lama semakin cepat. “Emmmhh…uukhh…hehh..”, rintih pelan Latifah sembari kepalanya yang terbungkus jilbab putih lebar itu mengangguk-angguk pelan menahan nikmat sekaligus sedikit sakit karena baru kali inilah ia berhubungan seks. Begitulah, di tengah laju bus malam itu, penis pemerkosa itu benar-benar membongkar habis kemaluan gadis berjilbab putih lebar itu sampai lebih dari 1 jam!! Sampai-sampai gadis jilbab itu mencapai tiga kali orgasme!!


 Dan akhirnya tepat jam 1.00 dini hari,
 ”Sshhh…shhhh…oohhh aku kelluarr..ssayanggggghh…ahhhh”,
 pekik Joni tertahan saat ia mencapai klimaks sembari membenamkan penisnya dalam-dalam dan memeluk tubuh Latifah erat-erat dari belakang seraya memuncratkan seluruh air maninya ke dalam rahim Latifah, gadis berjilbab yang malang itu. Tubuh gadis berjilbab itu langsung terduduk dan terkulai lemas tatkala kondektur jahanam itu melepaskan pelukannya dari belakang sembari mencabut penis miliknya. Tangisnya meledak, karena keperawannya amblas. Menyesal, kenapa ia tidak berangkat satu bus saja dengan teman-teman sekantornya. Sementara Joni yang telah menggagahinya nampak terduduk setengah telanjang dengan wajah penuh kepuasan ia duduk disamping Latifah sedang menangis tersedu-sedu. Sesaat kemudian dengan senyum penuh kemenangan tangan kanannya meraih kepala berjilbab Latifah yang sedang terduduk lemas disamping kanannya. Lalu dengan penuh nafsu dicium dan dilumatnya bibir gadis berjilbab putih lebar yang pakaiannya sudah serba tersingkap itu dengan rakus.


 “Mmmhh…emmm…cepok…cepok!”,bunyi mulut yang beradu diiringi suara tangis Latifah yang tertahan.
 Setelah puas, pria itu melepaskan ciumannya sembari berujar,
 ”Terima kasih sayang. Abang belum pernah main seks dengan cewek macam kamu. Luar biasa nikmat.”. “Perjalanan kita masih beberapa jam lagi. Nanti pas bus berhenti di persinggahan, abang pengen ngegenjot lagi memiaw nikmat milikmu ini”,kata Joni tersenyum sembari tangan kirinya mengelus-elus vagina Latifah. Wajah cantik gadis berjilbab putih lebar yang sudah kusut itu nampak terlihat lesu dan pasrah diiringi isak tangis dan cucuran air mata dari matanya yang terpejam.
 Dan benar saja, beberapa jam kemudian saat bus berhenti di di sebuah restoran, di tengah kekosongan bus yang ditinggal penumpangnya untuk makan dan minum, dari sudut paling belakang bus yang gelap (karena dimatikan lampunya), nampak sesosok gadis berjilbab putih lebar berwajah cantik dengan pakaian dan rok panjangnya yang tersingkap keatas sedang ditindih dan digenjot seorang pria berbadan kekar dan berkulit hitam.
 Pahanya terkangkang lebar karena dipegangi pria itu. Sedangkan penis pria itu dengan ganasnya menyodok keluar masuk vagina gadis jilbab itu.Tidak ada lagi isak tangis dari mulut Latifah. Yang ada tinggal desahan lirih menahan nikmat genjotan Joni sang kondektur bus. Benar-benar malang nasib Latifah si gadis berjilbab itu. Perjalanan yang semula dikira akan berjalan biasa telah mengubah dirinya untuk selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar